Minggu, 23 Februari 2014

Tari Adalah Bagian Hidup Masyarakat Bali



Pewarta: I Ketut Sutika

Tari Joged Legong Bisama yang dibawakan anak perempuan belum dewasa ini merupakan tari Bali sakral dan langka yang sudah jarang dipagelarkan. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
"Tari Bali sangat diikat oleh nilai-nilai budaya Hindu Bali"

Denpasar (ANTARA News) - Sabtu, 15 Februari 2014 09:46 WIB - Tari Bali telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Pulau Dewata itu, yang diwarisi sejak zaman dahulu hingga saat ini dan terpelihara dengan baik, kata seorang pengamat seni budaya Bali, Kadek Suartaya. 


"Sebelum agama Hindu masuk ke Bali, masyarakat setempat yang masih primitif telah memiliki jenis-jenis tari yang berfungsi untuk menolak bala yang hingga kini masih dijumpai di daerah pedesaan dan pegunungan," kata Kadek Suartaya yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, di Denpasar, Sabtu. Akan tetapi, kata kandidat doktor kajian budaya Universitas Udayana itu, runtuhnya Kerajaan Majapahit pada permulaan abad XV, membawa berkah terhadap keberadaan kesenian di Bali yang dikembangkan oleh pelarian seniman-seniman dari Jawa. 


Pada zaman kejayaan kerajaan Bali, abad XV-XIX, tarian-tarian Bali mengalami masa keemasan dengan terciptanya sejumlah drama tari, di antaranya dramatari Gambuh yang dinilai sebagai sumber tari Bali yang berkembang sesudahnya. 


"Sebagai hasil olah cipta, rasa, serta karsa masyarakat dan seniman Bali, tari Bali sangat diikat oleh nilai-nilai budaya Hindu Bali," katanya.


Berdasarkan Seminar Tari Sakral dan Profan pada 1971, masyarakat Bali mengklasifikasikan seni tari menjadi tiga, yakni Tari Wali, Tari Bebali, dan Tari Balih-balihan. 

Tari Wali merupakan jenis-jenis tari Bali yang berfungsi sakral, hanya dapat dipentaskan pada tempat, waktu, dan suasana yang dianggap suci. 


Tari Bebali adalah tarian seremonial yang dipentaskan melengkapi ritual keagamaan. 


Tari Balih-Balihan adalah seni pertunjukkan bersifat sekuler yang disajikan di arena profan. 


Ia mengatakan bahwa tari sebagai refleksi dari organisasi sosial, sarana ekspresi untuk ritual, sekuler dan keagamaan.


Selain itu, tari merupakan aktivitas rekreasi dan hiburan sekaligus sebagai ungkapan serta pengendoran psikologis dan refleksi dari kegiatan ekonomi, ujar Kadek Suartaya.


Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © 2014

Sabtu, 22 Februari 2014

Dua Buah Puisi Karya TF Nirwana

Lelah


" L E L A H "
Karya : TF Nirwana

Lelah menapaki perjalan hidup,
diantara peluh yang mengembun di dahi,
bukan karena tak berdaya,
tapi mencari jawaban makna hidup ini,
mungkin kau tahu, tapi berpura-pura tak tahu!

Sungguh !
lelahku menelusuri nadiku,
diantara bulir keringat yang bersahabat ditiap nafasku.

Berilah aku, atas jawabanmu!

Aku tak kan menolak buruk sangkamu,
karena aku kan bahagia,
masih ada orang yang memperhatikanku,
yang mengingatkan atas segala kesalahanku,
karena, aku lelah mencari makna tujuan hidupku.


" R E N U N G A N K U "
Karya: TF Nirwana
Aku sendiri sadar,
banyak orang mencibirku,
karena orang-orang itu tahu,
keilmuanku tiadalah belum bermanfaat,
kekosongan otakku,
terbaca dalam bahasa lisan dan perilakuku.

Tidak kuingkari,
kalau aku belum mendalami ilmu agamaku,
tapi aku melakukan pembenaran logikaku,
yang menurutku benar adalah benar,
yang menurut agama benar, kadang kusingkirkan.

Sementara, menurut agama salah, kadang kubenarkan,
sadarkah aku, jika tersesat dirimba kegelapan.
kadang kukatakan Tidak!
yang penting aku puas, karena itu semua benar menurut logikaku.

Kalau saja ku tahu dari dulu,
ilmu agama itu kan menolongku diakhir hayatku,
maka sudah kupelajari sejak dulu.

Adakah kata terlambat?

Aku tahu,
bukan harta,
bukan tahta,
bukan anak,
atau
bahkan pasangan hidupku,
yang kan menolongku dikematianku,
tapi tanggung jawabku atas mereka.

Yaa Allah, bagaimana aku kelak menghadap-Mu?

5 Sajak Pendek Slamet Priyadi


Slamet Priyadi
KUASA TUHAN

Oleh: SP091257
kebenaran menguatkan keyakinan
keyakinan memunculkan kekuatan
keyakinan dan kekuatan
jadikanlah sebagai ageman
dalam mengatasi berbagai persoalan
bermacam-macam problema kehidupan
dengan percaya kepada kasih dan
kuasa Tuhan




"SENGAT"
Oleh SP091257

dusta adalah sengat iblis
cengkeram maut sirnakan iman
sulur menjalar gosip bertebar
ingkar melingkar dusta melebar
menyengat hati nan pedih perih

KENAPA ?
Oleh SP091257

kenapa kita hanya memiliki
satu mulut dan dua telinga?
itu artinya,
banyaklah mendengar
dan sedikitlah bicara

orang yang banyak bicara
biasanya sukar mau mendengar
keinginannya hanya ingin didengar

"ASUMSI"
Oleh: SP091257

dalam segala hal
kita sering berasumsi
menangkap maksud orang lain
dengan referensi
dan kebenaran diri sendiri

asumsi mengakibatkan kekacauan
sumber kesalahpahaman
merebakkan pertengkaran
konflik dan perpecahan

SAAT GERIMIS
Oleh: Slamet
Denmas Priyadi

saat gerimis rinai di luar rumah
menatap jalan setapak yang tak ramah
aku tengadahkan kepala tatap langit
seekor emprit menciap di hampar hutan lengit
tebarkan magi-magi sangit
mantra-mantra segarkan hijaukan bukit
yang kerontang lolong sakit menjerit-jerit

Diposkan
oleh Slamet Priyadi




Jumat, 20 Febuary 2014
Bumi Pangarakan, Bogor

Senin, 17 Februari 2014

Menparekraf: Perlu Strategi Khusus untuk Kembangkan Kesenian


Menter Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu (dua dari kanan) saat berbicara dalam diskusi panel mengenai ekonomi kreatif dengan tema the arts of giving
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kamis, 13 Februari 2014, 12:13 WIB - Kesenian, baik yang tradisional maupun kontemporer merupakan bagian dari ragam budaya yang dimiliki Indonesia. Keragaman ini menjadi salah satu kekuatan yang dimiliki Indonesia. Selain itu, kesenian juga merupakan basis untuk industri kreatif yang berpotensi besar.

Namun untuk mengembangkan kesenian, diperlukan strategi khusus yang melibatkan tidak hanya pemerintah, tapi juga swasta dan masyarakat secara lebih luas.

"Sudah waktunya kita punya strategi untuk mendukung perkembangan kesenian Indonesia," ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, dalam Diskusi Panel mengenai Ekonomi Kreatif dengan Tema 'The Arts of Giving', Rabu (12/2) malam.

Strategi tersebut menjadi sangat penting, karena budaya dan kesenian membentuk identitas, menyatukan bangsa dan mencerminkan kebesaran suatu bangsa. Kesenian juga memiliki 'soft power' untuk mengangkat satu bangsa.

Lebih lanjut Mari Elka mengatakan, kesenian yang dimaksud bukan sekadar karya seni pada tingkat akhir. Artinya, dukungan tidak hanya diberikan pada saat satu karya seni dipamerkan, tapi harus dilakukan menyeluruh mulai dari konsep kreatif sampai ke pertunjukkan.

"Harus diingat bahwa karya seni itu melalui proses yang panjang. Karena itu diperlukan visi dan misi seni secara berkelanjutan," papar Mari.

Mari mengatakan, dukungan diharapkan tidak saja dalam bentuk finansial tetapi banyak cara lain untuk memberikan dukungan yang diperlukan.

Saat ini perkiraan nilai industri kreatif terkait seni rupa adalah Rp 2 triliun dan seni pertunjukan Rp 2,6 triliun. Angka ini memang belum terlalu besar, tetapi pertumbuhan masing-masing 4 persen dan 6,9 persen di tahun 2013.

Maka dari itu, diskusi ini diharapkan dapat mencapai kesamaan persepsi dan strategi untuk mengembangkan kesenian Indonesia

Redaktur : Hazliansyah