Kamis,
28 Maret 2013 | 23:55 WIB
TARI SAMAN ACEH |
LONDON, KOMPAS.com - Pementasan drama musikal "Two Worlds Apart"
yang ditampilkan pelajar Indonesia di London memukau lebih dari 500 penonton
termasuk Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris Hamzah Thayeb dalam acara malam
budaya Indonesia di Great Hall, Imperial College, London.
Pembawa acara dalam malam budaya
Indonesia Steven Marcelino di London, Kamis, mengatakan bahwa Imperial College
Indonesian Society sukses mengkombinasikan keanekaragaman budaya Indonesia
dengan keunikan drama musikal yang menghibur dan mendapat sambutan hangat
penonton dari berbagai bangsa.
Bakat akting pelajar Indonesia yang
tengah menuntut ilmu di Kerajaan Inggris di berbagai bidang mulai dari akting,
seni tari tradisional seperti Tari Saman dan musik dangdut serta musik pop
Indonesia dapat tersalurkan, kata dia.
Hentakan penari tarian Saman yang
menjadi primadona pada malam budaya ini memukau ratusan penonton dari
mancanegara dari berbagai kota di Inggris dalam acara tahunan yang dinilai
fenomenal dan sukses dalam satu dekade di London. Pada malam itu, para tamu
dihidangkan sajian santap malam berupa hidangan khas Indonesia, yaitu nasi
kuning komplit dengan ayam bumbu kuning.
Sebanyak 500 hadirin termasuk para
pelajar yang tengah menuntut ilmu di Imperial Collage mengisi tempat duduk di
Great Hall, Imperial College, dan seperti tidak sabar untuk menyaksikan drama
musikal legendaris itu.
Two Worlds Apart berkisah tentang
seorang pemuda pribumi bernama Rangga di zaman kolonial Belanda.
Dia memiliki impian untuk
menjelajahi dunia dan mengenyam pendidikan, sesuatu yang cukup mustahil di
zaman itu untuk seorang seperti Rangga. Namun semuanya itu berubah ketika
dia dipercayai oleh seorang pemilik perkebunan Belanda, untuk menjadi penjaga
anak perempuannya, Anne, seorang gadis Belanda yang mampu memikat hati Rangga. Rangga pun menyadari bahwa pekerjaan
barunya ini dan ditambah dengan hubungan rakyat Jawa dengan pemerintah Belanda
yang semakin memanas, akan membuat hidupnya berubah secara drastis.
Penulis naskah dan sutradara drama
musikal ini, Ramdisa Agasi bersama rekannya Samuel Starlight Simanjuntak,
bekerja keras hampir setengah tahun lamanya untuk membuahkan maha karya ini.
"Saya bangga melihat semua orang
berbakat ini berkumpul dan mempersembahkan sebuah pertunjukkan yang begitu
kolosal. Sebuah kesempatan istimewa bagi saya untuk terlibat dalam acara
ini," ujar mahasiswa S-1 dari Imperial College tersebut.
Presiden Imperial College Indonesian
Society, Ardhito Gitoyo Hendranata juga menyatakan puas dengan acara yang telah
dipersiapkan oleh timnya sejak musim panas tahun lalu.
"Saya percaya bahwa persiapan
yang matang merupakan faktor utama dalam kesuksesan menyelenggarakan acara
tersebut," katanya.
Sumber :
ANT
Editor :
Jodhi Yudono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar