Slamet Priyadi Blog│Sabtu, 22 Juni 2013│08:27 WIB
Pelaksanaan IJAB QOBUL oleh pak Penghulu |
Pada hari Jumat, 15 Juni 2013 pukul 09:20, saya menyaksikan prosesi pernikahkan putra kedua saya, Jagad Perwira dengan Bunga Restu putri kedua dari bapak Encep Hudri dan ibu Euis (besan) di rumahnya yang beralamat di kampung Tejo Ayu, Cicurug, Sukabumi.
Ada acara yang cukup unik dan menarik dari keseluruhan prosesi upacara perkawinan tersebut, yaitu acara setelah prosesi pernikahan atau Ijab Kabul Sang Pengantin selesai dilaksanakan berupa "Tradisi Saweran” yang banyak memberi pesan moral, social, dan bersifat religius. Dalam pelaksanaannya ternyata Tradisi Saweran ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah upacara perkawinan masyarakat sunda yang sudah turun-temurun dilakukan, berisikan petuah-petuah yang disampaikan kepada sang pengantin agar mereka di kemudian hari mampu mengarungi bahtera rumahtangga secara damai, sejahtera, harmonis dan bahagia.
Juru Sawer memandu upacara sawer sambil menyanyikan tembang yang berisi pituah-pituah bagaimana menjalani kehidupan berumah tangga yang syakinah, mawaddah, warohmah |
Pada acara Saweran ini, kedua mempelai duduk secara berdampingan, yang didampingi oleh orangtua masing-masing mempelai. Sebuah payung berwarna emas memayungi keduanya. Lantunan tembang-tembang sunda disampaikan oleh juru sawer yang mengandung pituah-pituah, bagaimana seharusnya menjalani kehidupan sebuah mahligai rumah tangga bahagia. Dalam sesi ini, juru sawer di tengah-tengah lantunan tembang yang dinyanyikan, menebarkan berbagai jenis benda dalam “bokor” yang berisi koin uang recehan, beras, bunga, permen, dan lain-lain kepada hadirin dan para undangan. Menurut juru sawer, hal ini merupakan symbol atau lambang, dimana uang sebagai lambang kemakmuran, beras sebagai lambang kesejahteraan, dan permen sebagai lambang bahwa, sepahit apapun proses kehidupan yang dijalani dalam hidup berumah tangga, harus selalu diselesaikan dengan cara yang manis semanis rasa permen.
Acara saweran dengan menebarkan permen dan uang recehan oleh juru sawer merupakan acara yang paling ditunggu-tunggu dan sangat disukai anak-anak yang menyaksikan jalannya acara saweran ini. Mereka saling berlarian, melompat sana-sini saling berebut koin uang recehan dengan penuh suka cita penuh canda ria.
Acara saweran dengan menebarkan permen dan uang recehan oleh juru sawer merupakan acara yang paling ditunggu-tunggu dan sangat disukai anak-anak yang menyaksikan jalannya acara saweran ini. Mereka saling berlarian, melompat sana-sini saling berebut koin uang recehan dengan penuh suka cita penuh canda ria.
Orang tua wajib mendampingi kedua mempelai saat acara pemberian doa restu dari sanak keluarga, handai taulan, hadirin, dan para undangan |
Menurut Juru Sawer selaku pemandu jalannya upacara ini, "Tradisi Saweran yang dilakukan pada setiap upacara perkawinan atau upacara khitanan dalam keluarga masyarakat Sunda merupakan lambang rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah rizki yang telah diberikan dan dimilikinya. Lain daripada itu , upacara ritual ini juga bertujuan agar kedua mempelai pasangan pengantin dapat memahami makna yang terkandung di dalamnya bahwa di dalam hidup ini, agar selalu saling berbagi, saling membantu, saling bekerja sama, saling tolong menolong terhadap sesama".
Referensi:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud
Penulis:
Slamet Priyadi Pangarakan, Bogor