Sabtu,01 April 2012 – Sita Blog : Adik-adik, kali ini kakak akan menceritakan salah satu dongeng yang berasal dari daerah Jawa tengah yaitu “Joko Kendil”. Di daerah Jawa Tengah, kata kendil adalah nama sebuah alat rumah tangga yang berfungsi sebagai alat untuk memasak nasi yaitu periuk. Nah, pertanyaannya sekarang, mengapa seorang anak laki-laki itu diberi nama Joko Kendil? Mari kita simak cerita dongeng Joko Kendil ini!
Diceritakan, ada seorang janda tua miskin dengan seorang puteranya yang memiliki perawakan kecil seperti sebuah periuk (kendil). Oleh karena itulah anak laki-lakinya ini diberi nama Joko Kendil. Meskipun puteranya memiliki tubuh kecil menyerupai sebuah periuk, ibu Joko Kendil tidak pernah menyesal bahkan teramat menyayangi puteranya itu. Apa saja yang diminta dan diinginkan Joko Kendil selalu diberikan dan dikabulkan.
“Joko Kendil anakku, dari manakah kau curi
semua makanan-makanan yang enak ini?” Hardik
ibunya kepada Joko Kendil.
“Aku tidak mencuri ibu, ibu yang mempunyai hajat itu
sendirilah yang memberikannya kepadaku!” lalu Joko Kendil menceritakan semua pengalaman yang dilakukannya itu
kepada ibunya.
“Ibu, mereka menyangka aku adalah
kendil-kendil yang sedang dipakai untuk memasak makanan-makanan itu, bukan Joko
Kendil.” Mendengar cerita anaknya yang nakal dan jenaka ini ibunya tidak
jadi marah bahkan tertawa. Yang membuat ibu Joko Kendil menjadi tambah bingung
adalah Joko Kendil menginkan seorang istri untuk pendamping hidupnya, tak
tanggung-tanggung, ia minta dilamarkan seorang putri raja untuk dijadikan
istrinya. Ibunya menjadi amat terkejut karena merasa itu hanyalah khayalan
bagai punguk merindukan bulan.
“Joko Kendil! Apakah kemauanmu itu tidak salah? Itu
sama seperti punguk merindukan bulan saja anakku! Kita ini hanya orang miskin
dan papa, tubuhmu pun kecil tidak seperti orang kebanyakan, bagaimana mungkin
kita bisa diterima bahkan sebaliknya malah kita akan mendapatkan cacian dan
hinaan karena tidak tahu diri dengan keadaan kita, tidak malukah engkau Joko
Kendil?” berkata ibunya mengingatkan
Joko Kendil.
“Ibu, janganlah berkecil hati. Kabulkan saja
permintaan anakmu ini. Percayalah kepadaku, bu!”
Sekalipun hati kecil ibunya penuh dengan keraguan, dan
oleh karena begitu teramat mencintai anaknya yang Cuma satu-satunya itu, ibu
Joko Kendil akhirnya berangkat juga ke kota untuk menghadap raja melamar putrid
raja untuk putranya terkasih.
Singkat
cerita, sampailah ibu Joko Kendil di kota raja. Di sana ia langsung pergi ke
istana dan menghadap sang baginda raja. Raja ini mempunyai tiga orang putri
yang semuanya berparas cantik jelita yang masing-masing memiliki watak yang
berbeda. Ketika ibu Joko Kendil menyampaikan maksudnya untuk melamar sang putri
kepada raja untuk putranya, sang raja tidak marah lalu menyampaikan kepada ke
tiga putrinya tentang lamaran dari ibu Joko Kendil tersebut,
“Wahai ke
tiga putriku, ayah kira kalian kini sudah tiba waktunya untuk menikah karena
kalian semua sudah beranjak dewasa. Dan kini ada yang melamar kalian, ayah
menyerahkan semuanya ini kepada kalian, keputusan ada di diri kalian mau
menolak atau menerima lamaran itu.” Berkata baginda raja kepada ketiga
putrinya. Putri pertama menjawab,
“Ayah, terus
terang, ananda hanya bersedia dinikahkan oleh seorang raja atau saudagar kaya
raya. Ananda tidak sudi jika menikah oleh orang kampong yang teramat miskin
itu.” Jawab sang putri pertama sambil menunjukkan telunjuknya kea rah ibu Joko
Kendil dengan ekspresi wajah penuh penghinaan.
“Baik,
sekarang denganmu putri ke dua, apakah engkau menerima atau menolak lamaran
Joko Kendil sama seperti kakakmu?” Tanya sang baginda kepada putri ke duanya.
Putri ke dua
baginda raja menjawab juga menolak, “Ayah, ananda juga tak sudi jmenikah dengan
Joko Kendil orang dusun itu yang tentunya buruk rupanya. Tidak, tidak, ayah.
Sungguh, ananda tidak sudi!”
“Baik, kamu
berdua menolak, ayah bisa memahami sikapmu. Sekarang bagaimana denganmu putri
ke tiga? Apakah kamu juga menolaknya, sama seperti ke dua kakakmu?”
Sungguh di
luar dugaan ibu Joko Kendil, ternyata jawaban putri ke tiga putri bungsu sang
baginda raja menerima lamaran putranya Joko Kendil, putri bungsu menjawab,
“Ayah,
apabila ayah tidak berkeberatan, dan menyetujui keputusan hamba, terus terang
ananda akan menerima lamaran Joko Kendil dengan senang hati. Semoga ayah bisa
menerima keputusan hamba ini.”
Kendatipun
raja sangat heran dan merasa keberatan, akan tetapi sebagai seorang raja yang
kata-katanya menjadi panutan rakyatnya, lagi pula ia sudah dikenal raja yang
sangat bijaksana dan dicintai rakyatnya di seluruh negeri, akhirnya dapat
memahami keputusan putri bungsunya itu dan menerima lamaran Joko Kendil untuk
menikahi putrinya itu.
Singkat
cerita pesta perkawinanpun dilangsungkan dengan sangat meriah. Melihat tubuh
Joko Kendil yang kecil dan menyerupai periuk, dan rupa yang buruk dari Joko
Kendil, ke dua saudaranya menghina dan mengejek tiada henti-hentinya,
“Ha ha
ha…sudah mukanya jelek, badannya cebol pula seperti kendil!”
“Iya, iya,
iya, ya…seperti kendil yang ada di dapur itu, ha ha ha…!” demikian ejek
saudara-saudaranya itu, setiap saat tak pernah bosan-bosannya mencela, mengejek
putri Melati, demikian nama putri bungsu raja. Akan tetapi putri Melati tetap
bersabar dan tak pernah sakit hati. Semua hinaan, ejekan, dan celaan diterimanya
dengan penuh ketabahan dan penuh kesabaran.
Pada suatu
ketika, baginda raja menyelenggarakan pertandingan adu ketangkasan para
panglima kerajaan. Pertandingan adu ketangkasan itu dilaksanakan di tempat
lapang terbuka yaitu di alun-alun istana. Baginda raja dengan seluruh panglima,
pengawal kerajaan, dank e tiga putrinya turut pula menyaksikan pertandingan adu
ketangkasan tersebut. Akan tetapi di sana tak tampak Joko Kendil, putri Melati
duduk sendiri tanpa suaminya Joko Kendil. Apakah yang terjadi dengan Joko
Kendil?
Sebenarnya
Joko Kendil telah memohon izin kepada raja untuk tidak ikut menyaksikan
pertandingan adu ketangkasan. Ia lebih memilih tinggal di istana dengan alasan
sedang sakit. Dan sang raja dapat
memahami akan hal ini.
Tak lama
kemudian pertandingan adu ketangkasanpun dimulai. Suara gegap gempita teriakan
dan tepuk tangan penonton menggelegar di alun-alun tempat pertandingan. Para
peserta pertandingan Nampak saling memperlihatkan kecakapan dan ketangkasannya
masing-masing. Semuanya memukau penonton.
Pada saat
yang bersamaan, tiba-tiba di tengah-tengah arena pertandingan muncul seorang
kesatriya yang gagah dan tampan rupanya. Kesatriya gagah dan tampan itu
berpakaian sangat indah sesuai dengan kegagahan dan ketampanannya. Sang baginda
raja menduga-duga, siapakah kesatriya gagah perkasa yang tampan rupanya itu?
Adapun kedua saudara kandung Melati tak luput mengejek adiknya putri bungsu,
“Hai Melati,
kesatriya gagah pemuda tanpan itulah yang pantas menjadi suamimu atau suamiku.
Mengapa kamu mau menerima Joko Kendil yang cebol dan buruk rupa itu? He he
he…!”
Tak tahan
dengan ejekan dan celaan ke dua saudaranya itu, Melati berlari sambil menangis
meninggalkan tempat duduknya, sementara pertandingan terus berlangsung.
Sesampai di biliknya, ia agak terkejut karena di sudut biliknya itu tergeletak
kendil dalam keadaan kosong. Melati semakin kesal, lalu iya membanting kendil
tersebut, praaang! Suara kendil pecah berkeping-keping berserakan di lantai
biliknya. Sementara itu di luar pertandingan adu ketangkasan telah berakhir dan
pemenangnya adalah kesatriya tampan, pemuda yang gagah perkasa tadi. Pada saat
itu pula, secara tiba-tiba berkelebat bayangan yang memasuki bilik sang Putri
Bungsu, Melati. Bayangan itu ternyata adalah sang pemuda gagah nan tanpan
pemenang sayembara adu ketangkasan tadi.
Di dalam
kamarnya itu, Joko Kendil mencari kendilnya yang ternyata sudah pecah
berkeping-keping. Pada saat bersamaan dilihat istrinya, si Putri Bungsu sedang
menangis tersedu-sedu. Kemudian Joko Kendil membelai rambut istrinya seraya
menyentuh dagunya. Tentu saja sang Putri Melati menjadi terperanjat dan ia
menepis tangan Joko Kendil berlari ke sudut kamar dengan sangat ketakutan.
Menanggapi kejadian ini akhirnya Joko Kendil menjelaskan semuanya, bahwa dia akan
menjadi seorang kesatriya kembali setelah ada seorang putri yang mau
mencintainya dan mau berkorban untuk menjadi istrinya dengan tulus murni. Melihat perubahan bentuk pada diri Joko
Kendil, Putri Melati menjadi amat suka cita dan mereka berdua akhirnya hidup
bahagia. Sedangkan Joko Kendil kini telah menjadi panglima kerajaan. Sebaliknya
keadaan ini telah membuat iri hati ke dua saudaranya, dan memohon maaf kepada
Melati, menyesali perbuatannya. Referensi: James Dananjaya: “Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah”Jakarta:1992.
PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Cerita dongeng ini menarik karena mengajarkan kepada kita, agar kita selalu bersikap kritis dan tidak bertindak sembrono. Jika kita mendapat penjelasan tentang sesuatu hal, jangan cepat begitu saja menerimanya. Harus menangkap dan dipikirkan dahulu makna apa yang sebenarnya terkandung di dalamnya, sehingga kita tidak melakukan kesalahan-kesalahan seperti apa yang dilakukan Joko Bodo dalam cerita tersebut di atas.
BalasHapus