Senin, 23/02/2015 - 20:18
RETNO HY/"PRLM" Tari Yudharini yang berceritakan tentang Srikandi tengah berlatih perang salah satu tari kreasi yang ditampilkan pada Uji Kompetensi Jurusan Tari SMKN 10 Bandung bertempat di Auditorium SMKN 10 Jalan Cijawura Hilir, Senin (23/2/2015).* |
BANDUNG, (PRLM).- Kekayaan seni budaya tradisi Jawa Barat diakui sebagai potensi kekayaan dan bagian dari masyarakatnya tapi terus mengalami kemunduran. Pengembangan seni budaya tradisi dengan berpijak pada akar dan nilai tradisi akan lebih mendapat tempat dan dihargai ketimbang seni kreasi baru.
Generasi muda dan bahkan kreator seni, diungkapkan Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Direktorat Kemendikbud Prof. Endang Catur Wati, selalu memandang karya seni budaya dari luar lebih baik. “Mereka kurang menyadari bahwa keragaman seni budaya tradisi yang kita miliki juga sangat kaya akan nilai dan bahkan tidak kalah gerak kreasinya dengan seni budaya dari luar,” ujar Endang, dalam paparannya di auditorium SMKN 10 Bandung, Senin (23/2/2015).
Seni budaya yang berakar dari tradisi menurut Endang, belum sepenuhnya dilirik dan digarap dengan serius oleh kreator seni budaya. Akibat belum mendapat sentuhan, seni budaya yang berasal dari tradisi seringkali dipandang sebagai seni budaya kurang dan bahkan tidak mengikuti perkembangan jaman.
“Padahal bila seni budaya yang berakar dari tradisi kembali dikemas dan dikreasi dengan kondisi kekinian, nilainya tidak jauh berbeda dengan seni budaya dari luar. Bahkan dalam hal gerak dan tata busana lebih menarik dan esotik, tinggal mendapat sentuhan tata panggung dengan tata cahaya dan tata suara, pasti akan mampu memiliki nilai jual,”ujar. Endang. (retno heriyanto/A-88)***