Engkau telah menjadi racun bagi darahku
Apabila aku dalam kangen dan sepi
Itulah berarti
aku tungku tanpa api… (WS Rendra)
Apabila aku dalam kangen dan sepi
Itulah berarti
aku tungku tanpa api… (WS Rendra)
Senin, 5 November 2012 16:46 WIB | Ika Yuniati/JIBI/SOLOPOS : Ya,
lewat ramuan kata-kata dalam puisi Rindu karya WS Rendra itu, pentas
seni peringatan hari jadi ke-20 Teater Jejak, Institut Seni Indonesia
(ISI) Solo kembali mendapatkan ruh mereka. Diputar sekitar sepuluh
menit, puisi yang mengisyaratkan ketakutan menghadapi sesuatau tanpa
cinta itu diibaratkan perjalanan Teater Jejak yang tak akan berarti
tanpa kehadiran Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) lainnya di ISI.
Menilik
makna puisi pembuka pentas yang digelar di Gedung F ISI Solo, Minggu
(04/11) malam, itu maka tak heran jika peringatan ulang tahun kelompok
teater yang lahir pada lima November dua puluh tahun lalu ini diramaikan
pula oleh sejumlah UKM di ISI. Sebanyak tujuh UKM yang bergerak di
bidang seni seperti Paduan Suara Mahasiswa (PSM) ISI, UKM Band, UKM
Pacet Melar dan Komunitas Cakrawala turut memanaskan suasana di ruangan
yang biasanya untuk kuliah mahasiswa tari itu.
Tampil pertama
Komunitas Cakrawala dengan performing art Doktrinasi TV, yang mengambil
tempat di sekitar lokasi perayaan ulang tahun. Komunitas yang
beranggotakan mahasiswa Seni Rupa Murni ISI Solo ini membuat sebuah
pertunjukan tentang penolakan terhadap pengaruh televisi yang mereka
anggap mulai menggeser keberadaan seni teater di Indonesia.
Pentas berdurasi sekitar 20 menit itu dimulai dengan aksi tiga pemain yang berjalan tanpa kata. Terus diam sembari melangkah menuju tempat penyimpanan televisi dan menghancurkannya hingga remuk.
“Ini
adalah suatu bentuk protes sekaligus ketakutan jika kecintaan kepada TV
terus dipelihara, nilai dan tradisi bisa-bisa luntur. Kami ingin
menunjukan kalau TV itu sudah menjadi doktrinasi budaya yang
menakutkan,” ucap pimpinan Komunitas Cakrawala, Irul, saat ditemui
solopos.com, di sela-sela acara.
Acara semakin meriah saat
kelompok musik kontemporer ISI Solo, Pacet Melar, tampil di podium.
Sekitar setengah jam, kelompok musik ini menghibur para penonton.
Sejumlah lagu-lagu daerah seperti Cublak-Cublak Suweng dan
Gundhul-Gundhul Pacul dibawakan dengan permainan tempo yang menghibur.
Kadang dibuat keras dan garang, tapi kadang juga dimainkan dengan alunan
nada yang sangat lirih nan lambat.
Pentas kolaborasi semacam itu
tak hanya diadakan tahun ini. Pada perayaan hari jadi ke-19 Teater
Jejak ISI Solo tahun lalu, sejumlah UKM di kampus seni itu juga turut
dilibatkan. “Kami mengundang UKM-UKM lain sebagai wujud kebersamaan
sekaligus kami ingin memberikan wadah bagi mereka semua mengekspresikan
seni dan kemampuan masing-masing. Ini sudah tradisi,” tambah Pimpinan
Teater Jejak, Damar Tri, saat ditemui Solopos.com seusai acara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar