Sapardi
Djoko Damono Terima Penghargaan
Kamis,
13 Desember 2012 | 23:22 WIB | Kompas/Aswin Rizal Harahap
Sapardi Djoko Damono |
JAKARTA, KOMPAS.com — Akademi Jakarta menganugerahkan "Penghargaan Akademi
Jakarta 2012" kepada budayawan Sapardi Djoko Damono di Taman Ismail
Marzuki, Kamis.
Ketua Akademi Jakarta Taufik
Abdullah mengatakan, "Penghargaan Akademi Jakarta" tidaklah
diperuntukkan bagi penghasil karya seni terbaik.
"Penghargaan ini diberikan pada
pribadi yang telah memberikan kontribusi yang berarti secara konsisten dalam
kehidupan dan dinamika kebudayaan di Tanah Air dan ini merupakan pencapaian
seumur hidupnya," ujar Taufik pada kata sambutan acara penyerahan
Penghargaan Akademi Jakarta 2012.
Ketua Dewan Juri "Penghargaan
Akademi Jakarta 2012", Bambang Bujono, dalam laporan dan keputusan juri
menyebutkan, kriteria calon penerima penghargaan diberikan berdasarkan
kesepakatan lima juri adalah tokoh yang sudah berusia 50 tahun ke atas dari
berbagai bidang kesenian dan budaya, belum pernah mendapat penghargaan sejenis,
punya prestasi nasional dan internasional, serta tetap konsisten berkarya dalam
jangka waktu cukup panjang dengan pencapaian di atas rata-rata.
Dari sekitar 80 nama yang dicalonkan,
Sapardi dianggap yang paling setia dalam berkarya dan mampu memberikan
sumbangan berarti pada dinamika kebudayaan Indonesia. Kesetiaan Sapardi terbukti dari buku kumpulan puisi
yang terbit tidak kurang dari 10 buku, beberapa kumpulan prosa, serta sejumlah
esai kesusastraan yang dia terbitkan.
"Pengaruh puisi Sapardi pada
generasi selanjutnya cukup besar dan terasa. Bahasa Sapardi sangat sehari-hari
sehingga mudah dimengerti dan kemudian diikuti oleh penyair-penyair
selanjutnya," ujar Bambang.
Sebelum diubah menjadi
"Penghargaan Akademi Jakarta", penghargaan ini diberi nama
"Hadiah Seni Akademi Jakarta" yang diberikan kepada Rendra (1975),
Zaini (1978), Gregorius Sidharta Soegijo (2003), Nano S (2004), dan Gusmiati
Suid (2004).
"Penghargaan Akademi
Jakarta" sebelumnya juga telah diberikan kepada Retno Maruti (2005), Amir
Pasaribu (2006), Raden Pandji Soejono (2006), Tenas Effendy (2006), Sutardji
Calzoum Bachri (2007), Slamet Rahardjo Djarot (2008), Putu Wijaya (2009),
Taufik Ismail (2009), Rahayu Supanggah (2011), dan tahun ini diberikan kepada
Sapardi Djoko Damono.
"Terima kasih atas kepercayaan Akademi
Jakarta dengan memberikan penghargaan ini kepada saya. Sejak kecil saya
bukanlah anak yang istimewa, tapi saya tidak bodoh," ujar Sapardi pada
kata sambutannya.
Dari sekitar 80 nama yang dicalonkan, Sapardi dianggap yang paling setia dalam berkarya dan mampu memberikan sumbangan berarti pada dinamika kebudayaan Indonesia. Kesetiaan Sapardi terbukti dari buku kumpulan puisi yang terbit tidak kurang dari 10 buku, beberapa kumpulan prosa, serta sejumlah esai kesusastraan yang dia terbitkan.
BalasHapus