30 Desember 2012 | 16:51 wib
Warga Berjoget Tayub Semalam Suntuk |
SAPARAN: Puncak
prosesi merti dusun saparan di Dusun Tugono, Desa Kaligono, Kecamatan
Kaligesing, Purworejo, Sabtu (29/12) malam. (suaramerdeka.com / Nur Kholiq)
PURWOREJO, suaramerdeka.com - Dingin malam yang menyelimuti puncak lereng perbukitan
Menoreh tak juga menyurutkan ratusan orang untuk berbondong-bondong mendatangi
sebuah rumah tua di ujung jalan terjal dan menanjak di Dusun Tugono, Desa
Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Purworejo, Sabtu (29/12) malam.
Di dalam rumah, ratusan besekan
berisi makanan sudah di tata rapi di atas ancak dipan. Ratusan kaum laki-laki
terlihat khusyuk dalam posisi duduk bersila. Sedangkan perempuan-perempuan
dusun tampak mengerubungi rumah sembari sesekali menyaksikan prosesi dari balik
jendela.
Pada kursi kehormatan, terlihat
duduk para Pangemban pangembating praja, seperti Bupati Purworejo Drs H Mahsun
Zain MAg, Camat Kaligesing Ari Setiadi SSos, serta sejumlah pejabat dari
Polsek, Koramil, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Komunikasi Informasi dan Pariwisata, serta jajaran pemerintahan desa.
Suasana yang tadinya riuh kelakar
penuh canda tiba-tiba hening begitu sesepuh dusun maju podium dan memulai
prosesi kenduri. Dengan bahasa adat setempat, sesepuh ini mengikrarkan kenduri
masyarakat yang pada intinya memohon keselamatan, keberkahan rezeki, tolak bala, dan harapan kehidupan surgawi di dusun itu. Usai ikrar dilanjutkan doa dan
diakhiri dengan sorak horai serentak seluruh masyarakat.
"Hore....hore...," teriak secara kor berkali-kali. Beberapa saat
kemudian, besekan itu dibagikan kepada seluruh masyarakat termasuk tamu-tamu
undang.
Puncak acara yang dinanti tiba. Ya,
tayuban yang mendatangkan kelompok kesenian Tayub dari Lendah Kulonprogo. Suara
gending mulai meramaikan suasana mengiringi masyarakat yang berjoget ria dengan
sinden-sinden. Serasa tak ada lelah, joget ria itu menjadi semacam kebahagiaan
yang dilakoni hingga mentari terbit dari balik bukit.
Begitulah prosesi merti dusun
saparan di Dusun Tugono. Keramaiannya justru melebihi saat perayaan Idul Fitri
karena semua masyarakat setempat yang merantau pulang untuk mengikuti kegiatan
rutin tahunan tersebut.
Kepala Desa Kaligono Suroto menjelaskan,
merti dusun diawali dengan pembersihan dua pepunden yaitu Eyang Germalang atau
Eyang Wijoyo Diningrat dan Eyang Gesik. Dua orang ini dipercaya sebagai tokoh
spiritual yang babat alas di dusun itu. "Ini bentuk penghormatan kami kepada leluhur," katanya.
Warga juga membersihkan makam-makam
leluhur desa. Untuk selamatannya, warga yang terdiri dari 96 keluarga membuat
260 besekan yang ditanggung oleh 56 kelompok. Setiap kelompok menghabiskan dana
sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. ( Nur Kholiq / CN37 / JBSM )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar