Denmas Priyadi Blog | Jumat, 29 Maret 2013 | 16:19 WIB
Pentas Wayang |
Bagan pentas pertunjukan wayang(SP) |
DENMAS PRIYADI BLOG - slameti.blogspot.com - Sebagaimana kita ketahui bahwa wayang adalah salah satu bentuk kesenian Indonesia yang sengaja diciptakan oleh para penyebar agama Islam, (Wali) dipergunakan sebagai media da’wah. Oleh karena itu dalam praktik pertunjukannya pun banyak dipengaruhi oleh ajaran Islam baik dari ceritanya, perlengkapan, dan seperangkat gamelan sebagai instrumen musik pengiring pentas pertunjukan.
Ada beberapa faktor yang benar-benar harus diperhatikan dalam pentas pertunjukan wayang agar berjalan dengan baik, yaitu: Lakon (cerita), Perlengkapan yang terdiri atas boneka wayang, kelir, belencong, seperangkat istrumen musik gamelan, dan lain-lain. Dan Para pemain seperti dalang, nayaga, waranggana serta Pertunjukannya itu sendiri.
Pentas pertunjukan wayang pada umumnya diselenggarakan pada saat malam hari. Ada juga yang dilaksanakan pada siang hari, yaitu jika pertunjukan wayang itu dimaksudkan untuk 'ngeruwat' sebagai upacara ritual agar diberikan keselamatan oleh Tuhan. Berikut adalah bagan dan perlengkapan yang harus disiapkan dalam sebuah pentas pertunjukan wayang yang penulis kutip dari buku “Unsur Islam Dalam Pewayangan” halaman 132-134.
Dahulu pentas pertunjukan wayang diadakan di antara rumah dan balairung yang dinamakan “pringgitan”. Di tempat itu dipasang “kelir” kain mori berwarna putih dengan panjang sekitar 4 meter, dan lebar 1,25 meter. Di bawah kelir terdapat dua buah gedebog, batang pisang yang diletakkan secara rebah berjajar atas dan bawah dengan pangkal pisang saling bertentangan dengan ditopang oleh patok dari kayu berjajar yang di bawahnya memakai telapak kaki disebut tapak dara, telapak merpati. Pada gedebog atas dan kanan-kiri ditancapkan boneka wayang berjajar secara urut mulai dari tepi untuk wayang yang tinggi dan besar. Di tengah sengaja dibuat kosong karena difungsikan sebaga arena gelanggang pentas wayang yang dimainkan oleh dalang.namanya Panggungan atau Paseban dengan lebar 1,60 meter.
Untuk hiasan kelir biasanya pada setiap sisi-sisinya dirangkap dengan kain hitam, biru tua atau merah dengan lebar sekitar 0,90 meter. Sisi bawah dinamakan palemahan, dan sisi atas dinamakan pelangitan. Kanan-kirinya memakai tali, dimasukkan kayu bulat untuk menarik sligi yang di bawahnya ditancapkan pada gedebog pisang. Bagian atas masuk ke blandar bambu. “Palemahan dan “Pelangitan” tepinya menggunakan tali untuk palemahan paka tancapan pada gedebog yang dinamakan “placak”. Biasanya terbuat dari kuningan atau emas tiruan, ada juga yang menggunakan besi. Sedangkan kolong untuk mengkaitkan tali kelir pada blandar bambu. Gedebog yang atas sebagai palenggahan wayang raja, atau para satriya, sedang gedebog bawah sebagai paseban untuk kaum sudra dan hamba sahaya.
Belencong adalah lampu yang digantung di atas kepala dalang. Jarang antara lampu dan kepala dalang biasanya berjarak 0,90 meter dan antara belencong dan kelir 0,40 meter, ini dimaksud agar Nampak jelas muka boneka wayang. Kotak, tempat kelebihan wayang diletakkan sebelah kiri dalang.
Setelah selesai mengatur wayang sebagai sumpingan, wayang yang lain(dudahan) diatur sebagai berikut:
1. Di atas, eblek di atas kotak adalah para pandita, cantrik, parekan, dagelan.
Di bawah, eblek di bawah adalah hewan-hewan hutan, kereta dan senjata.
2. Yang berada di kotak:
- Para patih, para kurawa, termasuk patih Sengkuni dan pandita Durna
- Punggawa, raksasa
- Di eblek bawah Dewa, ketek dan setan
3. Wayang sumpingan kanan, disiapkan di gedebog kanan bawah
4. Wayang sumpingan kiri, disiapkan di gedebog sebelah kiri bawah.
Referensi:
Drs. H.Effendi Zarkasi. “Unsur Islam Dalam Pewayangan”: ALFA DAYA. Jakarta
Posted:
Denmas Priyadi di Kp. Pangarakan - Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar