Jumat, 14 Juni 2013

Wayang Motekar Pentaskan Lakon Anak

Wayang Motekar
TEMPO.CO , Jakarta:Wayang motekar kembali mementaskan lakon Si Acung di Alam Jelemun di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung, Jumat, 14 Juni 2013. Kali ini, pementasannya yang berlangsung 1 jam dari pukul 10 pagi, dikhususkan ke anak-anak Sekolah Dasar. "Ini merupakan pentas uji coba sebelum dipentaskan keliling untuk pelajar SD se-Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata penggagas wayang motekar Herry Dim kepada Tempo usai pementasan hari ini.

Motekar dari bahasa Sunda yang berarti kreatif, bentuknya seperti wayang kulit. Namun lembaran sosok tokoh wayangnya sama sekali berbeda. Gambarnya yang beraneka warna lebih mirip karikatur dan sosok pada komik dengan cerita situasi masa kini. Permainan wayang dan ceritanya dari balik layar, disampaikan dalang Sukma Sadulur Putra, serta seorang dalang cilik Rehan Edfi Ramadhan. Mereka juga diiringi permainan musik kacapi, suling, dan kendang, serta sinden.

Lakon Si Acung di Alam Jelemun karya Herry Dim, berkisah tentang petualangan seorang bocah bernama Acung. Suatu ketika, anak lelaki berkepala pelontos itu dan Kania rekannya, tersesat ketika asyik bermain. Mereka ternyata masuk ke alam lain yang dihuni para siluman berwujud aneh. Sesosok makhluk yang disebut Pak Demo, misalnya, bibirnya mencuat seperti alat pengeras suara. Sedangkan teman-temannya bertubuh campuran manusia dengan hewan, seperti kerbau, gajah, tikus, dan buaya.

Mereka berkumpul untuk menjalankan suatu misi. "Tugasnya merusak moral, sifat baik, dan menghancurkan anak-anak sekolah supaya malas belajar," kata Pak Demo, sosok yang suka berdemonstrasi. Caranya antara lain dengan memberikan telepon seluler pintar ke anak-anak dan membuat tawuran. Untuk itu, mereka memutuskan Acung sebagai tumbalnya.

Di alam jelemun, Acung berusaha membebaskan temannya dari sekapan para siluman. Pada babak ini, dalang mengajak puluhan penonton bocah berdialog lewat tokoh Acung yang sedang galau sambil bergurau. Narasi dalang yang meluncur dengan bahasa Indonesia dengan selipan kata-kata bahasa Sunda itu kemudian bercampur dengan kalimat atau kata anak-anak zaman sekarang.

Misalnya saat dalang saat menanyakan cara Acung membebaskan kawannya, "Mau tahu aja atau mau tahu banget?" Seorang penonton bocah lelaki menimpali, "Ciyus?" Pada babak akhir, Acung dibantu sekawanan binatang seperti kupu-kupu bernama Kiku-kiku, kucing, dan burung untuk mengalahkan para musuhnya.

ANWAR SISWADI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar