Selasa, 29 April 2014 12:26 WIB | Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos
ilustrasi (JIBI/dok) Hari Tari Sedunia |
Solopos.com, SOLO–Matahari
belum tinggi saat gong sebagai penanda pembukaan Solo 24 Jam Menari ditabuh di
pelataran Gedung Rektorat ISI Solo, Selasa (29/4), pukul 06.00 WIB.
Ratusan penonton asal berbagai daerah, antusias menjadi saksi perayaan Hari
Tari Sedunia 2014 yang mengusung tema Dancing Out Loud, Suara Tubuh Membuka
Hati.
Selepas secara resmi membuka rangkaian acara perhelatan akbar
yang digelar di delapan titik di Soloraya ini, Rektor ISI Solo, Prof. Dr. Sri
Rochana. W. S. Kar., M. Hum., memberikan rangkaian melati kepada lima penari 24
jam.
Kelima penari tersebut antara lain Daryono (ISI Solo), Iwan
Dadijono (ISI Jogja), Sekar Alit (Pasca-sarjana ISI Solo), Riyanto (Alumnus ISI
Solo yang sekarang bermukim di Jepang), dan Noorhaizah Adam (Singapura).
Sementara itu, salah satu penari 24 jam yang turut dijadwalkan mengikuti acara
ini, Lyn Hanis (Singapura), batal tampil karena harus mengikuti ujian studinya.
Tarian Umbul Donga yang dibawakan penari Solo 24 Jam Menari
2014, Wahyu Santoso Prabowo, bersama tujuh penari senior pengajar Jurusan Tari
ISI Solo, mengiringi prosesi pembukaan acara. Selain itu, turut ditampilkan
tari berbasis tradisi Bisma Kridha dan modern dance yang energik oleh puluhan
siswa-siswi SMKN 8 Solo.
Tak hanya tari tradisi yang diberi ruang dalam pertunjukan
tersebut, namun tarian bergaya modern dan kontemporer juga mendapatkan tempat
yang sama. Warna-warni perbedaan aliran ini kemudian melebur dalam Karnaval
Punk Rock yang digelar di sepanjang Gedung Rektorat menuju Gedung F, kompleks
kampus setempat.
Ratusan orang yang terdiri dari penari 24 Jam, penari sepuh,
mahasiswa, dosen dari Jurusan Tari ISI Solo, kelompok Bleganjur, Barong
Blora, Reog Dog-dog Tulungagung, Barong Bali, Bali Ganjur, dan perwakilan
siswa SMKN 8 Solo, menyusuri Jl. Punk Rock, Jebres, sekitar 300 meter sambil
menari.
“Ini jadi ajang bertemunya senior dan junior di bidang seni
tari. Seperti kita ketahui kebanyakan gelaran ini dimeriahkan penampilan penari
muda. Sementara di luar banyak anak muda yang abai dengan seni tradisi, di sini
anak muda bisa mengekspresikan diri lewat seni tari dan belajar tradisi,” kata
Prof. Dr. Sri Rochana. W. S. Kar., M. Hum, selepas acara pembukaan.
Rektor menyampaikan gelaran pembukaan ini bisa menjadi ajang
meluruhkan sekat perbedaan di panggung seni tari. “Forum ini tidak ada batasan
tradisi ataupun modern. Di sini kami berpadu. Kami berharap tari bisa jadi
ajang ekspresi sebebas-bebasnya,” pungkasnya.
Rangkaian acara yang turut memeriahkan gelaran Solo 24 Jam
Menari 2014 ini antara lain pertunjukan tari di kompleks kampus ISI Solo,
pertunjukan tari di ruang publik Soloraya, orasi tari oleh Sal Murgiyanto,
sarasehan tari, gelar maestro tari, pemutaran film dokumenter tari, pameran
foto dokumentasi tari, dan suguhan utama melihat aksi enam penari yang akan
menari selama 24 jam.
Editor: Anik
Sulistyawati | dalam: Issue
|