Rabu, 28 Mei 2014

Komunitas Rampak Galuh Jati



Lestarikan Seni Tradisional Hingga Membuat Topeng Buto

Komunitas Rampak Galuh Jati sedang memahat dan menyelesaikan pembuatan topeng buto di basecamp-nya di Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo. (suaramerdeka.com/Panuju Triangga)


JUMAT, 09 APRIL 2014 – 22:22 WIB – suaramerdeka.com – MEMILIKI kecintaan yang sama terhadap kesenian tradisional membuat puluhan pemuda Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo, membentuk komunitas kesenian Rampak Galuh Jati. Bukan sekedar mempertahankan eksistensi kesenian tradisional, komunitas ini bahkan mengembangkan kreativitas hingga produktif menghasilkan topeng buto.

Komunitas ini dibentuk pada 2012 silam dengan anggota sekitar 75 pemuda. Menurut Ketua Komunitas atau Paguyuban Rampak Galuh Jati, Muhamad Edi Suyanto, dibentuknya komunitas ini lantaran terinsipirasi semangat para remaja Desa Gerbosari yang mempunyai bakat seni. Komunitas ini kemudian sepakat menciptakan kesenian sendra tari dengan basik perpaduan kesenian jatilan dan rampak buto.

Berawal dari nol, biaya pun patungan. Mereka bahkan membuat sendiri topeng-topeng buto sebagai properti pementasan. Sebab, sebelumnya memang ada yang telah memiliki bakat seni kriya memahat asbak. Topeng dipahat dari kayu pule yang masih cukup banyak ditemukan di wilayah Kecamatan Samigaluh yang berada di lereng Pegunungan Menoreh ini.

"Karena banyak personil, kami berfikir alangkah baiknya kalau punya keterampilan. Sehingga kami belajar otodidak membuat topeng, belajar terus akhirnya bisa membuat topeng buto. Ada yang natah, ngecat, dan ada yang memasang asesoris lain seperti rambut sampai bisa dipakai," ungkap Edi, belum lama ini.

Lantaran memulai dari nol, peralatan untuk membuat topeng pun, seperti pahat, semula hanya meminjam dari perajin kursi setempat. Topeng-topeng buto yang berhasil dibuat kemudian sering dipakai untuk pentas. Dari situ, pesanan untuk membuatkan topeng mulai banyak mengalir.

Prestasi membanggakan pun diraih komunitas ini. Pada 2013 lalu Rampak Galuh Jati mendapat kesempatan mewakili Kulonprogo dalam lomba kesenian tradisional se-DIY dan berhasil meraih juara pertama. Saat itu kemlompok ini menampilkan Reog Mataraman atau reog gaya Jogja yakni memadukan antara prajurit mataraman sebagai tokoh protagonis dengan karakter buto (yang identik Jawa Tengah) sebagai tokoh antagonis.

Sampai kini, kelompok ini juga masih terus memproduksi topeng kayu dan pesanan pun semakin meningkat dari wilayah DIY maupun Jawa Tengah. Topeng yang dihasilkan juga dipasarkan melalui internet, dan kini kebanyakan pesanan justru melalui media ini. Harga topeng bervariasi tergantung tingkat kesulitan dan ukurannya, antara Rp 250 ribu hingga Rp 750 ribu.

Agar topeng yang dihasilkan terlihat alami, sebagian rambut topeng buto menggunakan rambut kuda dan rambut ekor sapi. "Memang agak sulit mendapatnya. Bulu leher kuda biasanya dapat dari Muntilan dengan harga Rp 150 ribu, kalau bulu ekor kuda dari Bantul," tutur Edi.

Salah satu anggota Rampak Galuh Jati, Doni Harjanto (26) mengungkapkan, dalam pembuatan topeng ini proses yang paling membutuhkan waktu lama adalah memahat detail topeng. Selain itu juga proses pengecatan karena harus menunggu kayu benar-benar kering terlebih dulu.

"Pada waktu awal juga kesulitan alat karena kami belum punya peralatan lengkap sehingga harus pinjam-pinjam dulu," katanya.

(Panuju Triangga/CN37)
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar