Lestarikan Seni Tradisional Hingga
Membuat Topeng Buto
Komunitas Rampak Galuh Jati sedang
memahat dan menyelesaikan pembuatan topeng buto di basecamp-nya di Desa
Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo. (suaramerdeka.com/Panuju Triangga)
|
JUMAT, 09 APRIL 2014 – 22:22 WIB – suaramerdeka.com
– MEMILIKI
kecintaan yang sama terhadap
kesenian tradisional membuat puluhan pemuda Desa Gerbosari, Kecamatan
Samigaluh, Kulonprogo, membentuk komunitas kesenian Rampak Galuh Jati. Bukan sekedar
mempertahankan eksistensi kesenian tradisional, komunitas ini bahkan
mengembangkan kreativitas hingga produktif menghasilkan topeng buto.
Komunitas ini dibentuk pada 2012
silam dengan anggota sekitar 75 pemuda. Menurut Ketua Komunitas atau Paguyuban
Rampak Galuh Jati, Muhamad Edi Suyanto, dibentuknya komunitas ini lantaran
terinsipirasi semangat para remaja Desa Gerbosari yang mempunyai bakat seni.
Komunitas ini kemudian sepakat menciptakan kesenian sendra tari dengan basik
perpaduan kesenian jatilan dan rampak buto.
Berawal dari nol, biaya pun
patungan. Mereka bahkan membuat sendiri topeng-topeng buto sebagai properti
pementasan. Sebab, sebelumnya memang ada yang telah memiliki bakat seni kriya
memahat asbak. Topeng dipahat dari kayu pule yang masih cukup banyak ditemukan
di wilayah Kecamatan Samigaluh yang berada di lereng Pegunungan Menoreh ini.
"Karena banyak personil, kami
berfikir alangkah baiknya kalau punya keterampilan. Sehingga kami belajar
otodidak membuat topeng, belajar terus akhirnya bisa membuat topeng buto. Ada
yang natah, ngecat, dan ada yang memasang asesoris lain seperti rambut sampai
bisa dipakai," ungkap Edi, belum lama ini.
Lantaran memulai dari nol, peralatan
untuk membuat topeng pun, seperti pahat, semula hanya meminjam dari perajin
kursi setempat. Topeng-topeng buto yang berhasil dibuat kemudian sering dipakai
untuk pentas. Dari situ, pesanan untuk membuatkan topeng mulai banyak mengalir.
Prestasi membanggakan pun diraih
komunitas ini. Pada 2013 lalu Rampak Galuh Jati mendapat kesempatan mewakili
Kulonprogo dalam lomba kesenian tradisional se-DIY dan berhasil meraih juara
pertama. Saat itu kemlompok ini menampilkan Reog Mataraman atau reog gaya Jogja
yakni memadukan antara prajurit mataraman sebagai tokoh protagonis dengan karakter
buto (yang identik Jawa Tengah) sebagai tokoh antagonis.
Sampai kini, kelompok ini juga masih
terus memproduksi topeng kayu dan pesanan pun semakin meningkat dari wilayah
DIY maupun Jawa Tengah. Topeng yang dihasilkan juga dipasarkan melalui
internet, dan kini kebanyakan pesanan justru melalui media ini. Harga topeng
bervariasi tergantung tingkat kesulitan dan ukurannya, antara Rp 250 ribu
hingga Rp 750 ribu.
Agar topeng yang dihasilkan terlihat
alami, sebagian rambut topeng buto menggunakan rambut kuda dan rambut ekor
sapi. "Memang agak sulit mendapatnya. Bulu leher kuda biasanya dapat dari
Muntilan dengan harga Rp 150 ribu, kalau bulu ekor kuda dari Bantul,"
tutur Edi.
Salah satu anggota Rampak Galuh
Jati, Doni Harjanto (26) mengungkapkan, dalam pembuatan topeng ini proses yang
paling membutuhkan waktu lama adalah memahat detail topeng. Selain itu juga
proses pengecatan karena harus menunggu kayu benar-benar kering terlebih dulu.
"Pada waktu awal juga kesulitan
alat karena kami belum punya peralatan lengkap sehingga harus pinjam-pinjam
dulu," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar