Senin, 10 Desember 2012 – http://cigombong80.blogspot.com : Serat
Wedhatama adalah salah satu pusaka leluhur bangsa yang berisi ajaran moral dan spiritual untuk membangun budi pekerti luhur bagi kalangan raja-raja Jawa
khususnya raja-raja Mataram. Akan tetapi Wedathama bersifat
umum dan universal bisa dipelajari
bagi siapa saja yang berkehendak menghayati dan mengamalkannya.
Wedhatama menjadi salah satu acuan dasar bagi setiap
orang yang ingin menjalani
“laku”
spiritual, bersifat universal, lintas kepercayaan atau agama. Wedhatama
merupakan suatu ajaran yang mengajak
setiap individu untuk mengedepankan suara hati nurani dan budi pekerti luhur yang menjadi titian atau jembatan bagi siapa saja yang ingin mencapai
kehidupan spiritual yang tinggi yaitu menemukan kehidupan
sejati, memahami
diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti, sehingga
mendapat anugrah dari
Gusti Allah untuk melihat rahasia gaib.
Dapat “mengintip rahasia langit”, istilah “Gus Dur”.
Serat Wedhatama berisi ajaran
tentang
budi
pekerti
atau
akhlak
mulia
yang
digubah dalam
bentuk tembang agar mudah diingat dan mudah
dipelajari.
PANGKUR
(Sembah
Raga / Syariat)
Mingkar mingkuring angkara,
Akarana karanan mardi siwi,
Sinawung resmining kidung,
Sinuba sinukarta,
Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung
Kang tumrap neng tanah Jawa,
Agama ageming aji.
Jinejer neng Wedatama
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
Mangka nadyan tuwa pikun
Yen tan mikani rasa,
yekti sepi asepa lir sepah, samun,
Samangsane pasamuan
Gonyak ganyuk nglilingsemi.
Nggugu karsaning priyangga,
Nora nganggo peparah lamun angling,
Lumuh ing ngaran balilu,
Uger guru aleman,
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu
Sinamun ing samudana,
Sesadon ingadu manis
Si pengung nora nglegawa,
Sangsayarda deniro cacariwis,
Ngandhar-andhar angendhukur, Kandhane nora kaprah,
saya elok alangka longkanganipun,
Si wasis waskitha ngalah,
Ngalingi marang si pingging.
Mangkono ngelmu kang nyata,
Sanyatane mung weh reseping ati,
Bungah ingaran cubluk,
Sukeng tyas yen denina,
Nora kaya si punggung anggung gumrunggung
Ugungan sadina dina
Aja mangkono wong urip.
T e r j e m a h a n :
PANGKUR
(Sembah
Raga / Syariat)
Meredam nafsu angkara dalam diri,
Hendak berkenan mendidik putra-putri
Tersirat dalam indahnya tembang,
dihias penuh variasi,
agar menjiwai hakekat ilmu luhur,
yang berlangsung di tanah Jawa (nusantara)
agama sebagai “pakaian” kehidupan.
Disajikan dalam serat Wedhatama,
agar jangan miskin pengetahuan
walaupun sudah tua pikun
jika tidak memahami rasa sejati (batin)
niscaya kosong tiada berguna
bagai ampas, percuma sia-sia,
di dalam setiap pertemuan
sering bertindak ceroboh memalukan.
Mengikuti kemauan sendiri,
Bila berkata tanpa dipertimbangkan (asal bunyi),
Namun tak mau dianggap bodoh,
Selalu berharap dipuji-puji.
(sebaliknya) Ciri orang yang sudah memahami (ilmu
sejati) tak bisa ditebak
berwatak rendah hati,
selalu berprasangka baik.
Si dungu tidak menyadari,
Bualannya semakin menjadi jadi,
ngelantur bicara yang tidak-tidak,
Bicaranya tidak masuk akal,
makin aneh tak ada jedanya.
Lain halnya, Si Pandai cermat dan mengalah,
Menutupi aib si bodoh.
Demikianlah ilmu yang nyata,
Senyatanya memberikan ketentraman hati,
Tidak merana dibilang bodoh,
Tetap gembira jika dihina
Tidak seperti si dungu yang selalu sombong,
Ingin dipuji setiap hari.
Janganlah begitu caranya orang
hidup.
Wedhatama merupakan ajaran yang mengajak setiap individu untuk mengedepankan suara hati nurani dan budi pekerti luhur yang menjadi titian atau jembatan bagi siapa saja yang ingin mencapai kehidupan spiritual yang tinggi yaitu menemukan kehidupan sejati, memahami diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti, sehingga mendapat anugrah dari Gusti Allah untuk melihat rahasia gaib. Dapat “mengintip rahasia langit”, istilah “Gus Dur”.
BalasHapusSerat Wedhatama berisi ajaran tentang budi pekerti atau akhlak mulia yang digubah dalam bentuk tembang agar mudah diingat dan mudah dipelajari.
BalasHapus