![]() |
Klenteng Kim Tek le (Foto: Adhia / Okezone) |
Menapaki
Sejarah Klenteng Tertua di Jakarta
Oleh Adhia
Azkapradhani – Okezone
Okezone – Rabu, 5 Desember 2012: Bagi etnis
Tionghoa, baik berasal dari Jakarta maupun luar Jakarta, rasanya tak lengkap
sebelum merasakan beribadah di Klenteng Kim Tek Ie. Inilah klenteng tertua di
Jakarta.
Klenteng ini menjadi klenteng tertua di Jakarta karena dibangun pada 1650 oleh Kwee Hoen, yang menamakan klenteng ini dengan Koan Im Teng. Namun, bangunan ini habis dilalap api ketika terjadi Tragedi Pembantaian Angke yang menewaskan sekira 10.000 jiwa. Klenteng inipun dipugar pada 1755 dan berganti nama menjadi Kim Tek Ie yang berarti Klenteng Kebajikan Emas.
Ketika masuk ke area ini, tercium aroma dupa yang dibakar oleh para jemaat yang sedang sembahyang. Para jemaat terlihat khusyuk mendoakan para leluhur. Mereka membakar dupa dan bersembahyang dari satu ruangan ke ruangan lainnya.
“Ini sembahyang tanggal 15, makanya klenteng sangat sibuk,” kata Herman, salah seorang pengurus Klenteng Kim Tek Ie.
Pintu utama klenteng yang didominasi warna merah ini dihiasi jendela persegi penuh ukiran bermotif binatang dan bunga teratai. Tak hanya jendela, pintu dan langit-langit serta tiang penyangga yang terdapat dalam klenteng juga dipenuhi ukiran-ukiran indah serta kaligrafi.
“Bunga teratai ini melambangkan kesucian,” imbuhnya.
Menurutnya, orang-orang yang sembahyang di klenteng masih didominasi warga Jakarta. Namun, jika perayaan Tahun Baru Imlek tiba, banyak pula jamaah yang berasal dari luar Jakarta. Mereka merayakan Imlek sekaligus bersembahyang di klenteng ini, yang memiliki tiga nama sekaligus; Jin De Yuan dalam bahasa Mandarin, Kim Tek Ie dalam pelafalan Hok Kian, juga Klenteng Dharma Bhakti dalam bahasa Indonesia.
Memiliki luas sekira 3.000 meter persegi, klenteng yang terletak di Jalan Kemenangan, Glodok, Jakarta Barat, ini memiliki beberapa area. Gedung utama yang menjadi tempat sembahyang utama terletak di bagian tengah, dikelilingi gedung-gedung lain dan halaman berbentuk huruf “U”.
Selain dapat beribadah dan menikmati bangunan klenteng yang indah, para pengunjung dapat melihat artefak-artefak tua yang usianya hampir sama dengan klenteng ini. Di antaranya ada tiga buah Arca Tri Budha, Arca Arahat, dan Arca Dewa Wi To Pho Sat yang tersebar di beberapa sudut tempat peribadatan di klenteng ini.
Di sebelah klenteng ini terdapat sebuah balai pengobatan yang disediakan untuk masyarakat kurang mampu. Sementara, di sebelahnya ada Klenteng Dharma Sakti yang ukurannya lebih kecil daripada klenteng ini.
Hiruk-pikuk Jakarta memang tiada matinya, tapi membasuhi hati dan pikiran dengan ketenangan di rumah ibadah tentu perlu. Jakarta memilikinya, so Enjoy Jakarta! (adv)
Klenteng ini menjadi klenteng tertua di Jakarta karena dibangun pada 1650 oleh Kwee Hoen, yang menamakan klenteng ini dengan Koan Im Teng. Namun, bangunan ini habis dilalap api ketika terjadi Tragedi Pembantaian Angke yang menewaskan sekira 10.000 jiwa. Klenteng inipun dipugar pada 1755 dan berganti nama menjadi Kim Tek Ie yang berarti Klenteng Kebajikan Emas.
Ketika masuk ke area ini, tercium aroma dupa yang dibakar oleh para jemaat yang sedang sembahyang. Para jemaat terlihat khusyuk mendoakan para leluhur. Mereka membakar dupa dan bersembahyang dari satu ruangan ke ruangan lainnya.
“Ini sembahyang tanggal 15, makanya klenteng sangat sibuk,” kata Herman, salah seorang pengurus Klenteng Kim Tek Ie.
Pintu utama klenteng yang didominasi warna merah ini dihiasi jendela persegi penuh ukiran bermotif binatang dan bunga teratai. Tak hanya jendela, pintu dan langit-langit serta tiang penyangga yang terdapat dalam klenteng juga dipenuhi ukiran-ukiran indah serta kaligrafi.
“Bunga teratai ini melambangkan kesucian,” imbuhnya.
Menurutnya, orang-orang yang sembahyang di klenteng masih didominasi warga Jakarta. Namun, jika perayaan Tahun Baru Imlek tiba, banyak pula jamaah yang berasal dari luar Jakarta. Mereka merayakan Imlek sekaligus bersembahyang di klenteng ini, yang memiliki tiga nama sekaligus; Jin De Yuan dalam bahasa Mandarin, Kim Tek Ie dalam pelafalan Hok Kian, juga Klenteng Dharma Bhakti dalam bahasa Indonesia.
Memiliki luas sekira 3.000 meter persegi, klenteng yang terletak di Jalan Kemenangan, Glodok, Jakarta Barat, ini memiliki beberapa area. Gedung utama yang menjadi tempat sembahyang utama terletak di bagian tengah, dikelilingi gedung-gedung lain dan halaman berbentuk huruf “U”.
Selain dapat beribadah dan menikmati bangunan klenteng yang indah, para pengunjung dapat melihat artefak-artefak tua yang usianya hampir sama dengan klenteng ini. Di antaranya ada tiga buah Arca Tri Budha, Arca Arahat, dan Arca Dewa Wi To Pho Sat yang tersebar di beberapa sudut tempat peribadatan di klenteng ini.
Di sebelah klenteng ini terdapat sebuah balai pengobatan yang disediakan untuk masyarakat kurang mampu. Sementara, di sebelahnya ada Klenteng Dharma Sakti yang ukurannya lebih kecil daripada klenteng ini.
Hiruk-pikuk Jakarta memang tiada matinya, tapi membasuhi hati dan pikiran dengan ketenangan di rumah ibadah tentu perlu. Jakarta memilikinya, so Enjoy Jakarta! (adv)
Hiruk-pikuk Jakarta memang tiada matinya, tapi membasuhi hati dan pikiran dengan ketenangan di rumah ibadah tentu perlu.
BalasHapus