Kamis, 17 Januari 2013 | 01:16 WIB
Ilustrasi google.com |
Sajak penimbang
kemudian aku tertegun pada ribuan sajak yang menyemai dipagi hari ;
tentang embun, tentang kabut dan wajah-wajah yang basah sebelum waktunya.
adakah nyanyian gerimis yang menyertai dalam peleraian ini.
semacam sesaji yang kau tanam pada lubang kendi diatas rerumput kering itu.
ketika langit berseru atas apa yang kau lisankan,
embun menyelimutinya, membungkus perhelai rambut yang merimbuni tubuhmu
dalam dentang jantung dan biji-biji besi yang menggatung pada sebilah ranting
dengan corong dan watak yang mengerucut
sebuah kidung yang muncul dari pelepah pisang, merindangi gundah bersayup jenaka
meringislah muka dalam wadah berlapis kuningan
karena fajar telah menantinya diujung barzah.
Lembang, 2012
Sajak gadis gunung dan bukit-bukit
telanjang
setangkai angin telah datang
menemuiku pada musim-musim kering
membawa berita tentang langit ; tentang gadis gunung dan bukit-bukit telanjang
seperti bulan.
membawa berita tentang langit ; tentang gadis gunung dan bukit-bukit telanjang
seperti bulan.
sajak-sajaku adalah jangkrik yang
mengerik ;
meniduri rerimbun lara yang menancapi paras sunyimu.
wahai gadis berwangi melati.
pipimu adalah lesung penantian lelaki
bibirmu serupa lisan-lisan surgawi
meniduri rerimbun lara yang menancapi paras sunyimu.
wahai gadis berwangi melati.
pipimu adalah lesung penantian lelaki
bibirmu serupa lisan-lisan surgawi
seikat kembang akan kuselipkan pada
celah-celah tubuhmu
pada malam yang mewangi setelah senja
pada malam yang mewangi setelah senja
kemudian ketika embun
menertawai kita
gerai rambutmu kian kusut.
dan tersingkaplah guguran mimpi
dalam sajak
gadis gunung dan bukit-bukit telanjang
gerai rambutmu kian kusut.
dan tersingkaplah guguran mimpi
dalam sajak
gadis gunung dan bukit-bukit telanjang
Bumi Siliwangi, 2012
Temui aku di barrety
kemanakah rindu yang menyemut di ruang merah ini, yang merekahkan lisan ketika itu, diantara atap, di diatas pohon yang menggatungkan kasayuan wajahmu. dimanakah ?
sedangkan aku kian mencarimu, di ladang ini. ketika enggan kau sukai tentang perumpamaan ilalang atau risaumu pada senja yang kau benci dalam sajak-sajaku.
kemarilah seperti dulu, saat ketika tubuh kita merebah di pohon alpukat ini, membincangi hujan. Sungguh, ketika itu wajahmu seperti lampu-lampu taman, dan aku semakin hening dengan dongengmu tentang riwayat seekor kunang-kunang.
dikolam ini, dalam rerindang yang sunyi dengan buah-buah beringin yang berjatuhan, temui aku di taman barrety. datanglah dengan payung dan gaun putih yang berenda, agar aku yakin akan syairmu; tentang hidup dan sebuah kematian.
Isola, 2012
Fahrul Satria Nugraha. Lahir di Bandung, 21 November 1992. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Senirupa Universitas Pendidikan Indonesia. Penikmat seni dan aktif mengikuti berbagai kegiatan di bidang seni sastra dan rupa. Bergiat di Himpunan Mahasiswa Seni Rupa Upi sebagai Ketua Angkatan Senirupa UPI Tahun Angkatan 2011. Beberapa karya berupa puisi, dan drawingnya telah dimuat di media masa, baik nasional maupun daerah. Dibidang kesenirupaan, bergiat aktif dalam penyelenggaraan kegiatan yang berhubungan dengan seni rupa.
Email: fahrul.satria@gmail.com
Facebook: Fahrul Satria N
Tumblr : fahrulsatrian.tumblr.com/
Twitter : Rullzcreator
Editor :
Jodhi Yudono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar