Penulis: Kontributor Kendal, Slamet Priyatin | KOMPAS.com | Kamis, 24 Januari 2013 | 01:12 WIB
Tradisi weh wehan di Kaliwungu Kendal. |
KENDAL, KOMPAS.com--Tidak cuma memasang teng-tengan (lampion dari kapal atau
bintang lima). Tradisi unik lain untuk menyambut Maulud Nabi Muhammad SAW di
Kaliwungu Kendal Jawa Tengah, adalah Ketuwih atau weh-wehan.
Weh wehan yang berarti saling
bertukar jajan yang digelar di depan rumah masing-masing. Tumpukan jajan
beraneka macam di depan rumah ini, memang untuk dijual tetapi bukan dibeli
menggunakan uang. Tetapi menggunakan jajan atau makanan lainnya. Tradisi saling tukar menukar jajan
dan makanan ini sudah ada sejak masa penyebaran agama Islam di Pulau Jawa
khususnya di Kaliwungu Kendal. Tradisi yang dikenal dengan tradisi ketuwin atau
weh-wehan ini sebagai bentuk rasa syukur dan bangga masyarakat menyambut
kelahiran Nabi Muhammad.
Makanan khas yang selalu ada pada
tradisi ini adalah sumpil dan ketan beraneka warna. Menurut warga, sumpil
mengandung banyak arti dan makna, sedangkan ketan beraneka warna simbol rasa
syukur dan bangga serta perekat tali silahturahmi.
Salah satu warga Kaliwungu Kendal,
Edy Prayitno, mengatakan, ketuwih atau weh wehan di Kaliwungu Kendal
dilaksanakan setiap bulan maulud. Makanan khasnya yakni sumpil dan ketan
beraneka warna. "Karena perkembangan zaman, sekarang ini tidak hanya
Sumpil saja yang disajikan, tapi juga jajanan yang ngetren sekarang," kata
Edy, Rabu (23/1).
Warga Kaliwungu lain, Any Fa'iqoh
menjelaskan, weh-wehan dilakukan usai Ashar hingga Isya. Ia berharap, weh-wehan
tetap terus ada karena sebuah tradisi yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
"Weh wehan mulai dilakukan oleh para penyebar agama Islam, bertujuan
awalnya untuk silaturahim," tambahnya.
Editor :
Jodhi Yudono
Weh wehan mulai dilakukan oleh para penyebar agama Islam dengan maksud sebagai meningkatkan ukhuwah Islamiah dan silaturahmi.
BalasHapus