24 September 2011 pukul 21:34
Ketika Cinta Ditagih |
Senja itu
masih menyisakan warna merah yang di tinggal matahari karena akan segera tidur
di peraduannya, tanda-tanda waktu sudah menunjukkan pukul 5 lebih dikit. Entah
apa yang dipikirkan Alan di dalam kamarnya, ia senyum-senyum sendiri sambil
memandang dirinya yang nempel di cermin lemari bajunya. Sejurus kemudian ia
loncat ke atas kasur dan berguling sambil memeluk bantal guling, kemudian ia
berkata sendiri,”Lusi, gw harus ngomong ame lu, kalo gw tuh cinta banget ame
lu”
Alan
kemudian duduk di tepi kasur, ia gelisah sambil memikirkan kata-kata yang patut
untuk diungkapkan ketika ia bertemu Lusi nanti. Tak berapa lama ada nada sms
masuk ke hapenya, alan segera mengambil hape yang di taruh di atas meja
belajarnya. Tertulis di sms,” halaaoooow…gi ngapain..?”
Sms yang
dikirim dari nomor yang belum tersimpan dalam memory phonebooknya. Lalu Alan
yang gi kasmaran berat sama Lusi, langsung menelepon nomor pengirim sms itu.
“Hallo,
ma’af..siapa yah..?”, tanya alan ke pengirim sms tersebut.
Dijawab di
sana,”Hallo, ini Alan yah?, aku Lusi.”
Alan gelagapan,
gak tahu harus ngomong apa, kata-kata yang sudah tersimpan di dalam otaknya,
raib tak tahu kemana rimbanya,”ehem…bener ini Lusi?”, ia merasa kurang yakin
sama suara yang menjawab telponnya.
“Iya, aku
Lusi, emang ada yang lain sama suaraku?”, kata lusi sambil tersenyum
“Eh..anu
Lus, ini…apa namanya, lu punya acara gak malem ini?”, Alan gugup ngomongnya,
harap pembaca maklum, kalo orang naksir suka gugup alias salting kan?
“Mo ngajak
jalan nih?”, Lusi langsung nembak arah pembicaraan Alan.
“eh..kok lu
tahu sich? kalo gw mo ngajak jalan?”, ujar Alan sambil tangan yang gak pegang
hape garuk2 kepalanya, meski gak gatel sambil berjalan mondar-mandir dari
tembok yang satu ke tembok yang lain, kayak di krambol.
“Iya dong,
batin gw kan cepet nangkep, apa yang lu mo ucapin, gw kan punya the six sense“,
kata lusi.
Alan
tersenyum, kemudian ngomong,”hehe…ntar jam tujuh gw ke rumah lu, terus kita
jalan nonton KCB, mau kan?”
“Wah…asik
tuh..boleh..boleh…gw tunggu ya?”, kata Lusi.
“Oke
dech…sampe ketemu nanti..daagh”, kata Alan sambil menekan tombol off, mematikan
hapenya. la berjingkrak dan kegirangan, niat untuk menyampaikan isi hatinya
akan segera kesampaian.
Setelah
menjalankan Shalat Magrib, Alan keluar kamar, lalu pamit sama ibunya, kalo mo
kerumah temennya. Ia segera mengeluarkan vespa modifnya dari garasi, sepanjang
jalan menuju rumah Lusi, ia harus berani mengeluarkan isi hatinya, selagi ada
kesempatan pikirnya. Setiba di
rumah Lusi, Alan memencet bel di gerbang, tak lama kemudian Lusi keluar, sudah
siap untuk berangkat, Alan gak masuk kerumah Lusi. Lusi dengan
santainya langsung membonceng di belakang Alan tanpa ada rasa canggung
sedikitpun, padahal perkenalan baru dua minggu, gara-gara telpon nyasar,
dilanjutkan dengan copy darat satu kali. Sepanjang
perjalanan tidak ada obrolan sama sekali, Alan sibuk dengan pikiran untuk
mengungkapkan isi hatinya. Lusi tanpa canggung memeluk tubuh Alan, hati Alan
dagdigdug. Setibanya
diparkiran 21, Alan segera memarkir vespanya setelah menurunkan Lusi terlebih
dahulu. Kemudian Alan mengajak Lusi menuju lobby 21 untuk membeli ticket.
Antrian tuk nonton KCB cukup panjang, ia berada di antrian belakang. Setelah
ticket ada di tangan ia pamit sama Lusi kalo mo ke toilet terlebih dahulu. Lusi
mengangguk, kemudian berkata,”kalo gitu gw ke toilet juga ah..”
Tak lama
kemudian, terdengar dari pengeras suara, bahwa studio 1 dan 4 sudah di buka.
Alan keluar dari toilet, sementara Lusi belum keluar. Sambil buka-buka hape,
padahal gak ada sms masuk maupun telpon, lalu di lihatnya Lusi keluar dari
toilet wanita sambil tersenyum memandang Alan, Alan membalas senyum Lusi. jadi
senyum2an dech. Sambil
nonton film KCB Alan mendekatkan mulutnya ke telinga Lusi dan membisikan,”Lus,
gw..ehem…gw…ehm..(alan mrasa sulit untuk mengatakannya, akhirnya meluncur juga)
gw cinta banget ame lu. Mau gak lu nrima cinta gw?”
Lusi
memandang wajah Alan yang tampak samar-samar karena lampu dipadamin. Kemudian
dengan suara lirih, Lusi bertanya ke Alan,”Cinta? Kamu serius? Kita kan baru
kenal?”
Alan
berusaha untuk meyakinkan Lusi kalau ia selalu terbayang-bayang wajah Lusi,
setelah pertemuannya terdahulu. Ia sulit menghapus kenangan pertemuan
pertamanya dari dalam memorynya. Tontonan KCB
yang banyak penontonnya itu, bagi Alan dan Lusi tidak lagi ditonton untuk
diikuti jalan ceritanya, tetapi yang penting bagi Alan adalah bagaimana ia
harus bisa mengungkapkan isi hatinya. Pertunjukan
usai, cerita film KCB tidak diikutinya dengan baik, lalu mereka berjalan menuju
tempat parkir dan langsung menuju rumah Lusi, di depan pintu gerbang Lusi turun
dari boncengan sambil menyerahkan helm, kemudian bertanya kepada Alan tentang
keseriusan cintanya. Alan membuka helmnya, ia mengatakan serius mencintai Lusi.
Lusi
kemudian bertanya lagi,”Alan benarkah engkau sangat mencintaiku?”
Lalu Alan
balik bertanya,”Lusi, kau tidak percaya dengan apa yang aku ungkapkan?!”
Jawab
Lusi,”Jika kau benar-benar cinta sama aku, segera kawini aku, jangan lama-lama,
kasihan cabang bayi yang ada dalam perutku ini, seandainya tidak punya Ayah
nanti, soalnya pacarku yang telah menghamili aku ini (sambil memegang perutnya)
pergi entah kemana, laki-laki tak bertanggung jawab, buktikan cintamu padaku
Alan?”
Alan
terkesiap, bengong, bingung tak tahu apa yang harus di jawab, ternyata Lusi
sudah hamil duluan sebelum mengenalnya. Ia sudah terlanjur banyak ngomong
mengumbar cinta sama Lusi. Terasa lidahnya kelu dan suara tersekat
ditenggorokannya. Lalu Alan
tak peduli, vespa modifnya segera di starter dan meraung-raung sompreng dan
segera melarikannya, sementara Lusi bengong memandang vespa Alan hingga hilang
ditikungan. Kata Lusi
sambil menggerutu dan menyesali perbuatannya,
”Laki-laki sialan. Mengapa aku
begitu mudah menerima cinta laki2, kenyataannya mereka semua sama saja, bilang
cinta akhirnya kabur juga !!”
Sambil
melarikan vespanya, Alan berceloteh sendirian,”Sial..sial..gw salah alamat…gw
jatuh cinta ama orang yang salah. Hamilnya sama siapa, eh..cinta gw yang di
tagih.”
Sumber : http://nirwanalife.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar