Sabtu, 01 Maret 2014

Cerpen : Ketika Cinta Ditagih



24 September 2011 pukul 21:34
Ketika Cinta Ditagih
Senja itu masih menyisakan warna merah yang di tinggal matahari karena akan segera tidur di peraduannya, tanda-tanda waktu sudah menunjukkan pukul 5 lebih dikit. Entah apa yang dipikirkan Alan di dalam kamarnya, ia senyum-senyum sendiri sambil memandang dirinya yang nempel di cermin lemari bajunya. Sejurus kemudian ia loncat ke atas kasur dan berguling sambil memeluk bantal guling, kemudian ia berkata sendiri,”Lusi, gw harus ngomong ame lu, kalo gw tuh cinta banget ame lu”

Alan kemudian duduk di tepi kasur, ia gelisah sambil memikirkan kata-kata yang patut untuk diungkapkan ketika ia bertemu Lusi nanti. Tak berapa lama ada nada sms masuk ke hapenya, alan segera mengambil hape yang di taruh di atas meja belajarnya. Tertulis di sms,” halaaoooow…gi ngapain..?”

Sms yang dikirim dari nomor yang belum tersimpan dalam memory phonebooknya. Lalu Alan yang gi kasmaran berat sama Lusi, langsung menelepon nomor pengirim sms itu.

“Hallo, ma’af..siapa yah..?”, tanya alan ke pengirim sms tersebut.
Dijawab di sana,”Hallo, ini Alan yah?, aku Lusi.”

Alan gelagapan, gak tahu harus ngomong apa, kata-kata yang sudah tersimpan di dalam otaknya, raib tak tahu kemana rimbanya,”ehem…bener ini Lusi?”, ia merasa kurang yakin sama suara yang menjawab telponnya.

“Iya, aku Lusi, emang ada yang lain sama suaraku?”, kata lusi sambil tersenyum

“Eh..anu Lus, ini…apa namanya, lu punya acara gak malem ini?”, Alan gugup ngomongnya, harap pembaca maklum, kalo orang naksir suka gugup alias salting kan?

“Mo ngajak jalan nih?”, Lusi langsung nembak arah pembicaraan Alan.

“eh..kok lu tahu sich? kalo gw mo ngajak jalan?”, ujar Alan sambil tangan yang gak pegang hape garuk2 kepalanya, meski gak gatel sambil berjalan mondar-mandir dari tembok yang satu ke tembok yang lain, kayak di krambol.

“Iya dong, batin gw kan cepet nangkep, apa yang lu mo ucapin, gw kan punya the six sense“, kata lusi.
Alan tersenyum, kemudian ngomong,”hehe…ntar jam tujuh gw ke rumah lu, terus kita jalan nonton KCB, mau kan?”

“Wah…asik tuh..boleh..boleh…gw tunggu ya?”, kata Lusi.

“Oke dech…sampe ketemu nanti..daagh”, kata Alan sambil menekan tombol off, mematikan hapenya. la berjingkrak dan kegirangan, niat untuk menyampaikan isi hatinya akan segera kesampaian.

Setelah menjalankan Shalat Magrib, Alan keluar kamar, lalu pamit sama ibunya, kalo mo kerumah temennya. Ia segera mengeluarkan vespa modifnya dari garasi, sepanjang jalan menuju rumah Lusi, ia harus berani mengeluarkan isi hatinya, selagi ada kesempatan pikirnya. Setiba di rumah Lusi, Alan memencet bel di gerbang, tak lama kemudian Lusi keluar, sudah siap untuk berangkat, Alan gak masuk kerumah Lusi. Lusi dengan santainya langsung membonceng di belakang Alan tanpa ada rasa canggung sedikitpun, padahal perkenalan baru dua minggu, gara-gara telpon nyasar, dilanjutkan dengan copy darat satu kali. Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan sama sekali, Alan sibuk dengan pikiran untuk mengungkapkan isi hatinya. Lusi tanpa canggung memeluk tubuh Alan, hati Alan dagdigdug. Setibanya diparkiran 21, Alan segera memarkir vespanya setelah menurunkan Lusi terlebih dahulu. Kemudian Alan mengajak Lusi menuju lobby 21 untuk membeli ticket. Antrian tuk nonton KCB cukup panjang, ia berada di antrian belakang. Setelah ticket ada di tangan ia pamit sama Lusi kalo mo ke toilet terlebih dahulu. Lusi mengangguk, kemudian berkata,”kalo gitu gw ke toilet juga ah..”
 
Tak lama kemudian, terdengar dari pengeras suara, bahwa studio 1 dan 4 sudah di buka. Alan keluar dari toilet, sementara Lusi belum keluar. Sambil buka-buka hape, padahal gak ada sms masuk maupun telpon, lalu di lihatnya Lusi keluar dari toilet wanita sambil tersenyum memandang Alan, Alan membalas senyum Lusi. jadi senyum2an dech. Sambil nonton film KCB Alan mendekatkan mulutnya ke telinga Lusi dan membisikan,”Lus, gw..ehem…gw…ehm..(alan mrasa sulit untuk mengatakannya, akhirnya meluncur juga) gw cinta banget ame lu. Mau gak lu nrima cinta gw?”
 
Lusi memandang wajah Alan yang tampak samar-samar karena lampu dipadamin. Kemudian dengan suara lirih, Lusi bertanya ke Alan,”Cinta? Kamu serius? Kita kan baru kenal?”

Alan berusaha untuk meyakinkan Lusi kalau ia selalu terbayang-bayang wajah Lusi, setelah pertemuannya terdahulu. Ia sulit menghapus kenangan pertemuan pertamanya dari dalam memorynya. Tontonan KCB yang banyak penontonnya itu, bagi Alan dan Lusi tidak lagi ditonton untuk diikuti jalan ceritanya, tetapi yang penting bagi Alan adalah bagaimana ia harus bisa mengungkapkan isi hatinya. Pertunjukan usai, cerita film KCB tidak diikutinya dengan baik, lalu mereka berjalan menuju tempat parkir dan langsung menuju rumah Lusi, di depan pintu gerbang Lusi turun dari boncengan sambil menyerahkan helm, kemudian bertanya kepada Alan tentang keseriusan cintanya. Alan membuka helmnya, ia mengatakan serius mencintai Lusi.

Lusi kemudian bertanya lagi,”Alan benarkah engkau sangat mencintaiku?”

Lalu Alan balik bertanya,”Lusi, kau tidak percaya dengan apa yang aku ungkapkan?!”

Jawab Lusi,”Jika kau benar-benar cinta sama aku, segera kawini aku, jangan lama-lama, kasihan cabang bayi yang ada dalam perutku ini, seandainya tidak punya Ayah nanti, soalnya pacarku yang telah menghamili aku ini (sambil memegang perutnya) pergi entah kemana, laki-laki tak bertanggung jawab, buktikan cintamu padaku Alan?”

Alan terkesiap, bengong, bingung tak tahu apa yang harus di jawab, ternyata Lusi sudah hamil duluan sebelum mengenalnya. Ia sudah terlanjur banyak ngomong mengumbar cinta sama Lusi. Terasa lidahnya kelu dan suara tersekat ditenggorokannya. Lalu Alan tak peduli, vespa modifnya segera di starter dan meraung-raung sompreng dan segera melarikannya, sementara Lusi bengong memandang vespa Alan hingga hilang ditikungan. Kata Lusi sambil menggerutu dan menyesali perbuatannya,

”Laki-laki sialan. Mengapa aku begitu mudah menerima cinta laki2, kenyataannya mereka semua sama saja, bilang cinta akhirnya kabur juga !!”

Sambil melarikan vespanya, Alan berceloteh sendirian,”Sial..sial..gw salah alamat…gw jatuh cinta ama orang yang salah. Hamilnya sama siapa, eh..cinta gw yang di tagih.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar