Event Festival Seni Tari, Musik dan Teater
Tari Doger Pesisir |
Sabtu, 21
Juni 2014 14:28 WIB - CIREBON,(GM).-PENAMPILAN
tim kesenian Kabupaten Cirebon yang menampilkan tarian "Doger
Pesisir" menjadi pembeda pada pasanggiri Seni Tari, Musik dan Teather di
wayah Cirebon, Sabtu (21/6/14). Gerakan tarian hasil kolaborasi tarian khas
pantura dengan jaipongan menjadikan tarian ini enak ditonton.
Bukan hanya
itu dari sisi gamelan pun, akuluturasi dua budaya ini begitu kental. Nuansa
Cirebonan sangat terasa dri suling dan gamelan salendro. Sementara nuansa
Priangan terdemgar dari tepakan-tepakan kendang yang gahar dan dinamis. Dengan
akulturasi dua budaya ini semakin memperjelas kekayaan seni budaya tradisional
Jawa Barat.
Lima penari
perempuan itu, bergerak lincah penuh energik. Terlebih saat mereka mengenakan
topeng atau kedok dengan berbagai macam karakter. Tarian ini menggambarkan
kehidupan masyarakat pantai utara (pantura) yang membutuhkan hiburan-hiburan
disaat melepas lelah sepulang melaut. Bentuk topeng yang dipakai para penari
mewarnai intensitas gerak tari erotis, gahar, lincah, lucu dan menghibur. Suasana
seperti itulah yang dibutuhkan para nelayan dan masyarakat pesisir untuk
menghilangkan kejenuhan. Mereka membutuhkan hiburan, karena hampir sepanjang
tahun tidak ada hiburan.
Beda lagi
dengan tim kesenian Kota Cirebon, yang menampilkan seni tari Murtasia. Sebuah
tarian yang menggambarkan kesetiaan dan pengabdian tanpa batas dan kendali demi
kebahagiaan. Murtasia rela mengorbankan dirinya, mesti itu dengan jalan salah.
Kolaborasi
gerakan tari antara Priangan dan Cirebon jelas terlihat, namun semua itu tidak
menjadikan tarian itu hambar. Pengenaan kacamata hitam oleh para penari,
merupakan bagian tak terpisahkan dari seni kota Cirebon. Biasanya, penggunaan
kacamata hitam sering dilakukan pada seni sintren, terutama oleh si penari.
Sebelumnya
tampil pula tari Darma Ayu dari Kab. Indramayu yang menggambarkan keberanian
Nyi Mas Endang Darma melawan kesewenangan. Sehingga beliau menjadi panutan dan
inspirasi masyarakat Indramayu.
Tari
Ronggeng Ujungan dari Kabupaten Majalengka, dan tari Sang Adipati dari Kab.
Kuningan. Ketokohan Adipati yang merupakan putra Syeh Syarif Hidayatullah dan
Putri Ong Tien sengaja diangkat dalam herak tari rudat, silat dan tari rakyat.
Selain seni
tari, ditampilkan seni musik atau karawitan dari setiap daerah sewilayah III
Cirebon yang berlatar belakang seni rakyat setempat. Tak heran jika seni
karawitan ini lebih dinamis, karena hampir semua alat musik tradisional maupun
modern setempat ditampilkan sehingga memunculkan seni karawitan kekinian.
Hampir
sebagian besar para nayaga yang tampil dari masing-masing daerah masih berusia
muda. Sehingga musik yang dihasilkan pun lebih energik tanpa menghilangkan
nuansa daerahnya masing-masing. Namun
sayang, festival seni, tari, musik dan teater ini digelar di balroom sebuah
hotel ternama di Kota Cirebon, sehingga kurang mendapoat apresiasi dari
masyarakat setempat. Masyarakat enggan untuk masuk menyaksikan festival yang
digelar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar ini. Ruang pertunjukan hanya
dipenuhi oleh komunitas seni dari masing-masing peserta untuk saling dukung.
Padahal di
wilayah III Cirebon ini, banyak ruang publik dan terbuka yang bisa digunakan
festival seperti ini. Disini perlunya koordinasi antara dinas terkait di
tingkat provinsi dengan tingkat kabupaten kota.
Terlepas itu
semua, peserta yang terbaik di wilayah Cirebon ini akan ditandingkan dengan
pemenang dari wilayah lain pada puncak de syukron hari jadi ke-69 Pemprov Jabar
di pelataran halaman Gedung Sate Bandung, 19 Agustus mendatang.
Menurut
Kepala Bidang Kesenian, Dinas Paariwisata dan Kebudayaan Jabar, Sajidin Aries,
dari festival ini muncul inovasi dan kreasi seni tari, musik dan teater dari
masing-masing daerah. Tidak hanya itu, banyak bermunculan pula para kerator,
inovator, dan koreografer muda.
"Ini
yang kami harapkan, sehingga ke depan dinamika seni budaya Jabar semakin
berkembang," katanya.
(kur)