Selasa, 02 April 2019

Prof.Dr,H.M. Sutjipto Wirjossuparto: KAKAWIN BHARATAYUDHA Pupuh 35 bag. 3

Blog Ki Slamet 42 : "Seni Budaya Nusantara"
Selasa, 02 April 2019 - 14:03 WIB
 
ASWATAMA
ASWATAMA

Raja Salya
RAJA SALYA


KAKAWIN BHARATAYUDA PUPUH XXXV
“PERTENGKARAN ASWATAMA DENGAN RAJA SALYA”
BAGIAN 3 ( 11-14 )
Transkripsi
Terjemahan Bebas
11
Bhoh Çalya mah prangku haywa surud manahmu.
Atyanta garjjita manahku tumon kawihmu.
Mangke pwa hingani huripmu n amukti pâpa.
Âtmamu kerang-irange Yamaloka dengku.
11
Bah, Salya! Hayo bunuh dan tusuk aku, jangan kecil hati dan ragu.“ Aku justru gembira bisa melihat keahlianmu dalam membunuh. Hm, sekarang sampailah di batas hidupmu karena sebentar lagi nyawamu akan dicabut Dewa Yama!
                       
12
Yan ko kahâtakêna de nrêpa Hâstinendra.
Lunghâku tan wruha ri kon mijileng rannângga.
Elik tumona pantining wiguunâlpakâya.
Tan wun tikâku jumayâkêna ri prabhungku.

12
Jika kamu masih dibutuhkan oleh Raja Kurupati, maka aku akan pergi agar aku tak lagi melihatmu di medan perang.
Terus terang saya segan melihat kematian seorang yang lemah yang tiada punya jasa. Dan lihatlah, saya tidak akan alami kegagalan untuk memberi kemenangan kepada raja saya”.

13
Nâ ling dwijângça padda rodra sirâwirodha.
Kapwâtiçûra winuwus padda Rudramûrti.
Lan dwâng çarira sumaput padda Rudrarûpa.
Kadyâhyun anggêsênganâ mubura triloka.
13
Begitulah ucapan Aswatama. Mereka berdua, Aswatama dan Raja Salya  sama-sama dalam kemarahan yang memuncak, sama gagah berani layaknya  jelmaan Dewa Rudra yang hendak bakar dan menghan-curleburkan dunia jadi bubur.

14
Ngkâ tang sabhâwurahan atri humung gumêntêr.
Kapwamêkul sukuni sang mawirodha kâlih.
Durryyodhanâsêkung atangguh aminta kâsih.
Ngkâ somya kârwa wêkasan dwijasûnu lunghâ.
14
Pada saat itu ruang persidangan menjadi riuh, ramai dan gegap gempita. Mereka  semuanya memeluk kedua kaki yang sedang berceksok. Raja Suyodana berupaya menenteramkan mereka berdua dengan berupaya menunjukkan sikap kesetiakawanannya lagi.
Setelah mereka berdua sama-sama tenang, Aswatama putera Pendeta Drona pun pergi.


Bersambung !
Pustaka :
Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparto
Kakawin Bharata-Yuddha, Bhratara – Jakarta 1968

Selasa, 02 April 2019 - 14:00 WIB
Drs. Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan, Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar