Senin, 01 April 2019

Prof.Dr.R.M. Sutjipto Wijosuparto: KAKAWIN BHARATAYUDHA Pupuh 35 Bag. 2

Blog Ki Slamet 42 : "Seni Budaya Nusantara"
Selasa, 02 April 2019 - 05:20 WIB

 
Image "Raja Salya (Foto: Google)
Raja Salya
KAKAWIN BHARATAYUDA PUPUH XXXV
“PERTENGKARAN ASWATAMA DENGAN RAJA SALYA”
BAGIAN 2 ( 6-10 )
Transkripsi
Terjemahan Bebas
6
Tonên ri tan wurung Phalguna mâtya ngûni.
De Karna sâmpun abênêr patitisnikang hrû.
Çalya pwa sârathi sirângawâ-wikalpa.
Mênddddêk tang Arjjnna luput wruh anon mawangsit.
6
Dengan wajah memerah karena marah Aswatama melanjutkan kata-katanya: “Lihatlah Arjuna, semestinya ia  tewas oleh panah Karna pada saat perang, kalau saja Raja Salya yang menjadi sais kereta Karna itu tidak memberi isyarat kepada Arjuna agar bungkuk-kan badannya. Dan Arjuna dapat  membaca isyarat itu sehingga panah Karna pun tidak mengenai sasarannya!”

7
Hingannya tan pêgat i sihnya ri çatrunâtha.
Singgih nateki n uwa de Nakula prasiddha.
Enak tikân malika denya misan-misan wâs.
Âpan musuh gati n ikin ri sêddêngnya rowang.

7
“Jelasnya, kesetiakawan Raja Salya terhaddap orang-orang Pandawa Lima tidak menjadi yang diperhitungkan oleh kita. Dan, sebagaimana kita ketahui, Raja Salya adalah paman dari Nakula!”

8
Nâ ling dwijângça mangadêg ta narendra Çalya.
Krodhâhyun amranga ri sang lawaning mawâda.
Dhik hâh baddâ dwijasutâpa wênangmu bhangga.
Nda k ton huripmu niyatanya pêjah têkapku.
8
Demikian kata Aswatama dengan muka merah padam. Sementara Raja Salya merasa amat tersinggung dengan perkataan Aswatama, maka berdirilah Raja Salya dengan geramnya seraya berkata:
“Bah, kamu Aswatama anak pendeta! Apa hakmu mencela saya? Saya bisa membunuhmu menghabisi hidupnu sampai mati!”

9
Ndi n Çalya tan tulusa sihnya riHâstinendra.
Tan mewêheryyaku jayânira ring rannânga.
Swâ sajjânaku yadi yan hênênge samangka.

9
“Apa buktinya jika kesetiaan saya terhadap Raja Kurupati tidak tulus? Bagi saya tiadalah sukar memberi kemenagan kepada Raja Suyodana di medan perang, akan tetapi saya memperhitungkan kebahagiaannya kelak. Bisakah saya dikatakan orang baik jika saya justru menyembunyikan hal ini ?”
 
10
Ko pwâpyak asru cumacad ri wuwusku yukti.
Lwir buddhining tuhu sudhira cumangka-cangkah.
Yankwâtakut pêjaha hannddêm i pâdukangku.
10
“Kau telah berkata tak sopan
Mencela kata-kataku seakan kaulah yang berbudi luhur. Hati-hatilah sebab pasti kau akan aku binasakan dengan senjataku. Apabila kamu takut mati, hayo membungkuklah dan cium kakiku!”


Bersambung !
Pustaka :
Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparto
Kakawin Bharata-Yuddha, Bhratara – Jakarta 1968

Senin, 01 April 2019  08:05 WIB
Drs. Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan, Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar