Terapi Seni |
www.jawaban.com – Solusi Sehat - Rabu, 07 Agustus
2013 – Sampai dengan detik ini belum ada angka yang pasti dari lembaga
kompeten mengenai berapakah jumlah penderita Skizofrenia di Indonesia. Meski
begitu dapat diyakini bilangan kelompok ini belum lah sebanyak kelompok
orang-orang yang menderita penyakit dalam seperti kanker maupun hepatitis.
Walau terhitung
langka, skizofrenia juga bukan berarti tidak ada di sekitar kita. Oleh
sebabnya, memberikan penanganan yang tepat kepada orang yang kita ketahui
mengidap gangguan pada otak ini akan membantu proses pemulihan mereka menjadi
seperti orang pada umumnya.
Menurut
psikiater Margarita M. Maramis dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
psikoterapi seperti terapi seni, sangat penting diberikan kepada penderita
untuk menunjang terjadinya efek brain plastisitas (memperbaiki sel-sel otak).
"Obat
membantu secara kimiawi terjadinya pemulihan sel-sel otak. Adapun psikoterapi,
seperti terapi seni, dibutuhkan untuk memberi isi pikir yang positif,"
kata Margarita sebagaimana dikutip dari doktersehat.com.
Senada dengan
Margarita, Ahli psikologi klinis Monty Prawiratirta Satiadarma dari Universitas
Tarumanagara, Jakarta, menyatakan terapi seni merupakan salah satu saluran
menjaga keseimbangan hidup penderita Skizofrenia.
"Fantasi
penderita skizofrenia ataupun bipolar sangat luar biasa. Jalur seni rupa paling
bisa mewadahi," ujar Monty.
Adapun seni
rupa yang cocok diberikan sebagai terapi bagi mereka yang memiliki gangguan
mental serta motorik adalah seni rupa tiga dimensi seperti membuat patung
dengan tanah liat atau adonan kertas (paper clay).
Sebagai
diagnosis, sambung Monty, kita juga dapat memakai metode karya lukis dua
dimensi. Jika si penderita di dalam pikirannya selama ini terdapat gambaran
setan, kita bisa mengarahkan lewat lukisan agar ia mau mengubah isi dalam
benaknya tersebut dengan bentuk yang lebih positif.
"Dengan
terapi seni, kita ajak penderita mengubah isi pikiran, di mana gambaran setan
diubah jadi malaikat," ungkapnya.
Monty meyakini
karena seni mengutamakan unsur keindahan dan memiliki arah afektif maka ini
bisa menjadi jembatan antara dunia luar dengan dunia dalam (batin) manusia.
Lewat seni, manusia bisa menjadi humanis dan peka terhadap lingkungan
sekitarnya.
Seni lebih fokus pada "Estetika" dan memiliki arah afektif maka ini bisa menjadi jembatan antara dunia luar dengan dunia dalam (batin) manusia. Lewat seni, manusia bisa menjadi humanistik dan peka terhadap lingkungan sekitarnya.
BalasHapus