Ki Slamet 42 Blog : "Seni Budaya Nusantara
Minggu, 06 Maret 2016 - 08:11 WIB
|
Pandita Dorna |
“KAKAWIN BHARATAYUDA”
PUPUH XX ( 24 – 25 )
GUGURNYA PANDITA DORNA
|
TRANSKRIPSI
|
TERJEMAHAN
BEBAS
|
24
|
Lumud yan
meh râtrya ng kiranna tunggang acala.
Ya hetu
ҫri Pânnddâtmaja mulih angungsir kuttanira.
Nda mangka
sang yodheng Kuru muwah umungsir kutta huwus.
Ya tângde
tistisning ranna lagi timohlining arunna
|
24
|
Saat
menjelang tengah malam, cahaya bulan laksana naik ke puncak-puncak bukit.
Sebab itulah pasuka Pandawa kembali mencari perlindungan dalam perkemahannya
yang telah diperkuat penjagaannya. Demikian pula di pihak pasukan Kurawa yang
juga telah kembali ke dalam perkemahan mereka. Hal ini menyebabkan medan
pertempuran menjadi sepi dan lengang.
|
25
|
Saat menjelang tengah malam, cahaya bulan
laksana naik ke puncak-puncak bukit. Sebab itulah pasuka Pandawa kembali
mencari perlindungan dalam perkemahannya yang telah diperkuat penjagaannya.
Demikian pula di pihak pasukan Kurawa yang juga telah kembali ke dalam
perkemahan mereka. Hal ini menyebabkan medan pertempuran menjadi sepi dan
lengang.
|
25
|
Keadaan
medan pertempuran setelah ditinggalkan kedua belah pihak yang bertempur
menimbulkan rasa belas kasihan yang mendalam. Pohon-pohonya menyerupai wanita
yang ketakutan, bergemetaran seperti orang yang ditinggalkan kekasihnya ke
medan perang. Daun-daunnya berguguran seperti kain-kain merah yang sobek mengalirkan
bau anyir darah yang kesemuanya menyerupai dewi lautan yang menjelma ke dalam
pohon-pohon tersebut.
|
Pustaka :
Prof. Dr.
R.M. Sutjipto Wirjosuparto
Kakawin
Bharata-Yuddha, Bhratara – Jakarta 1968
Ki Slamet 42 :
Bumi
Pangarakan, Bogor
Minggu, 06
Maret 2016 2016 – 07:50 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar